D:DCIM124MEDIAIMG_5596.JPGDi Indonesia, kue basah digemari oleh semua kalangan masyarakat. Kue basah hadir sebagai pelengkap di berbagai acara baik formal maupun nonformal. Kue basah pun disajikan di rumah-rumah sebagai camilan maupun teman minum kopi ataupun teh. Begitu juga saat tamu berkunjung ke rumah, biasanya kue basah disajikan untuk menjamu tamu yang dihormati. Selain itu, kue basah kerap menjadi bekal anak-anak ke sekolah.

Dilihat dari kamus besar Bahasa Indonesia, definisi kue basah adalah kue yang dikukus (seperti kue lapis atau kue pisang) atau kue yang mengandung zat cair sehingga tidak tahan lama disimpan atau cepat bau (busuk). Karena itulah para penjual kue basah biasanya berjualan pagi sekali hingga sebelum matahari meninggi. Selepas itu, rasa dan tampilan kue basah sedikit demi sedikit mulai berubah.

Pasar Kue Subuh Senen

Begitu lekatnya kue basah bagi masyarakat Indonesia membuat marak pasar kue basah. Pusat kue basah yang terkenal adalah Kue Senen. Pasar Kue Subuh Senen menjadi pusat grosir kue di Jakarta. Pasar yang sudah mulai sejak tahun 70-an ini memang dibuka saat subuh sehingga dinamakan pasar subuh. Namun kini, Pasar Kue Subuh Senen mulai dibuka sejak jam 19.00 WIB hingga jam 08.00 WIB atau menunggu kue habis.

Pasar yang terkenal dengan aneka ragam kue mulai dari dalam hingga luar negeri ini menjual kue dengan harga grosir yang murah. Banyak para penjual kue dari luar yang khusus memburu kue senen untuk dijual kembali. Untuk rasa, biasanya sesuai dengan harga. Rasa dan kualitas yang baik biasanya dihargai lebih mahal.

Perempuan Penjual Kue Basah

Selain Pasar Kue Subuh Senen, masih banyak penjual kue yang membuat sendiri kue basah sekaligus menjualnya. Mereka biasanya adalah para perempuan yang bersedia terjun ke dunia kue basah dengan segala resikonya.

Para perempuan yang tekun berjualan kue basah setiap harinya mungkin kita anggap biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Namun, dibalik perjuangan mereka terselip cerita yang mengandung hikmah. Beberapa penjual kue yang kerap berjualan di sebuah perumahan padat penghuni di pinggiran Jakarta, membagikan kisah mereka.

Mengais Rezeki, Menjajakan Kue Keliling

D:DCIM124MEDIAIMG_5642.JPG

Tinggal di perkampungan yang berdekatan dengan perumahan membawa berkah tersendiri bagi Mpok Emeh. Kendati keluarga besarnya harus merelakan sebagian besar tanahnya untuk dibangun perumahan. Namun, mpok Emeh bisa mengais rejeki dengan berjualan kue basah dan nasi uduk.

Mulanya, mpok yang satu ini bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Namun, kepiawaiannya dalam mengolah kue gemblong (kue ketan yang dibalut gula merah) membuatnya menjadi penjual kue keliling. Kue gemblong buatannya makin dikenal, ia pun membuat varian kue lainnya termasuk nasi uduk dan aneka gorengan.

Ia mulai berjualan kue sekitar 7 tahun yang lalu. Mengaku mendapatkan keuntungan sekitar 50 ribu – 70 ribu per hari membuatnya bisa membantu memenuhi kebutuhan keluarganya. Selepas berjualan pun ia masih bisa melanjutkan pekerjaanya sebagai pembantu rumah tangga di sebuah rumah. Pendapatan ganda yang diperolehnya selalu ia syukuri.

Mengantarkan Anak ke Bangku Kuliah

Ibu Ifa dengan cekatan melayani pembeli nasi uduknya. Selesai melayani, Ibu Ifa bercerita mengenai usahanya. Ibu Ifa sudah lama berjualan nasi uduk dan kue basah. Dulu saat anak-anaknya masih kecil, Ibu Ifa mulai berjualan nasi uduk di depan rumahnya sambil menjaga anak-anaknya. Kini anak pertamanya sudah kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung. Berkat jualannya tersebut, Ibu Ifa mampu menyekolahkan anaknya hingga sekarang.

Sang suami pun kini beralih profesi menjadi penjual nasi uduk. Mereka kini memiliki 2 gerobak jualan nasi uduk. Masing-masing berjualan di tempat yang berbeda. Dengan 2 gerobak yang mereka miliki, jika sedang ramai mereka mampu mengantongi uang hasil penjualan hingga Rp. 800.000 tiap harinya.

Nasi uduk yang ia buat biasanya sebanyak 12 liter per harinya. Sebagian masakan diolah malam hari, sisanya ia selesaikan mulai dari pukul 3 subuh hingga siap berjualan pada pukul 6 pagi. Selain nasi uduk dan lontong sayur, Ibu Ifa menerima titipan kue basah dari beberapa relasinya. Untuk setiap kue ia mengambil untung sekitar Rp. 300. Untuk urusan belanja, Ibu Ifa sudah punya supplier tetap. Setiap harinya, ia memesan melalui sms dan diantar ke rumah,lebih efisien dan cepat.

Memiliki 3 Gerai

Ibu Yuni adalah potret seorang penjual kue basah yang sukses. Baru berjualan 3 tahun, ia sudah mampu memiliki 3 gerai kue basah. Dengan penjualan yang cukup besar dari masing-masing gerai, Ibu Yuni mampu mengantongi keuntungan hingga Rp. 1 jt perharinya. Itu kalau lagi ramai seperti hari minggu atau libur, imbuhnya.

Selain menerima titipan kue, Ibu Yuni juga membuat kue sendiri. Tidak banyak yang ia buat, hanya martabak dan risoles. Sisa kue lain yang merupakan titipan dari orang lain jumlahnya cukup banyak. Posisi berjualan yang strategis dan kue basah yang beraneka ragam membuat dagangannya selalu laris. Kue basah menjadi berkah bagi mereka. (1008)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?66139

Untuk melihat artikel Sana-Sini lainnya, Klik disini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini
____________________________________________

Supported by :

Tip Top

 

 

 

 

 

Kabaristore150x100-3