Jamak diketahui batik biasanya berupa kain dan menjadi busana yang sering digunakan dalam acara-acara tertentu seperti pernikahan, atau hajatan lainnyaa. Namun bagaimana jika batik justru “nempelnya” di sepatu. Anehkah? Tentu tidak, bahkan kebalikannya menjadi sesuatu yang kekinian dan keren, lain daripada yang lain.

Yup! hal inilah yang dilakukan Des Chandra Kusuma melalu brandnya yang bernama Sebatik. Sebatik adalah sepatu sneakers batik yang dilengkapi dengan teknologi QR Code. Des Chandra mengklaim Sebatik-nya menjadi sneakers batik pertama di dunia.

Ide Sebatik muncul kali pertamanya di  tahun 2020. Kemudian baru produksi pada bulan Januari 2021 dan launching di April. Selama Oktober sampai Januari, Des Chandra melakukan trial.

Saat mendesain sepatu batik dengan menggunakan teknologi QR Code, Des Chandra berkoloborasi dengan Komedian ternama tanah air,  Denny Cagur. Apa fungsinya? Pada umumnya sepatu hanya dipakai sebagai pelengkap fashion  sehari-hari. Des Chandra mengambil jalan yang berbeda. Dengan menerapkan QR code, inti tujuannya adalah gombalan-gombalan Denny Cagur.

Jika QR code itu di scan akan muncul gombalannya. Gombalan akan berubah-ubah selama seminggu dua kali.  Des Chandra ingin menyasar anak muda karena umumnya orang yang menggunakan batik adalah orang tua dan identik dengan kondangan lainnya.

Tapi bagaimana batik agar lebih dikenal oleh kalangan anak muda.   “Kalau suruh pakai baju batik kadang-kadangkan mereka ogah, makanya saya membuat konsep batik di sepatu sneekers dan belum pernah ada. Saya tambahkan gombalan dengan Bahasa alay-alay yang anak muda banget,” tuturnya kepada KABARI.

Masing-masing size gombalannya berbeda-beda dan itu pertama kali di dunia, Des Chandra belum melihat brand-brand besar yang melakukan seperti yang dilakukannya.

Batik yang digunakan awalnya menggunakan batik Pekalongan, Cirebon, Yogyakarta dan Solo. Namun ada juga yang pernah ingin dibuatkan sepatu batik Papua. Des Chandra juga pernah menerima orderan dari KAI. Pihak KAI costum untuk batik yang mereka inginkan.

 “Sebatik tidak menutup kemungkinan untuk terima by custom, selain kita produksi massal,” kata Des Chandra.

Seiring waktu Sebatik berkembang  menjadi tidak hanya produksi sepatu saja melainkan merambah ke sandal, topi, kaus dengan kombinasi katun dengan batik asli sehingga tidak bisa ditiru oleh pihak luar.

Setelah berkolaborasi dengan Denny Cagur, Sebatik merambah ke mall seperti Grand Indonesia, Sarinah dan Kuningan City. Selama offline store, Sebatik mengembangkan sistem reseller. Selama setahun terkumpul sebanyak 108 reseller di seluruh Indonesia. Penjualan Sebatik juga telah menyasar ke lima negara yang meliputi Malaysia, Hongkong, Taiwan Jepang, dan Australia, dan ikut dalma berbagai event di dalam negeri.

Nah, di akhir di tahun 2022 Sebatik kerja sama dengan Guruh Sukarno Putra. Sebatik membuat sneakers model ketiga yang sebelumnya hanya dua model sewaktu berkolaborasi degan Denny Cagur.

“Rencananya ada model keempat, dimana  kita sudah menyesuaikan dengan kelenturan dan kenyaman yang diutamakan untuk sepatu model laki-laki dan perempuan. Dan disini kita sudah memainkan kombinasi tidak hanya batik saja tetapi kombinasi dengan kulit dan QR Code. Sekarang belum produksi massal sifatnya masih by order,”tuturnya.

Berbisnis sepatu sneakers batik, bukan berarti tidak menemui hambatan, Des Chandra mengatakan cukup banyak kendala. “Kita tahu batik di Indonesia tidak murah. Bukan berarti semuanya mahal tetapi kita harus menyesuaikan keadaan yang ada.”

“Karena aktivitas yang dilakukan dengan kita memakai sepatu yang bahannya tersebut haruslah keras berbeda halnya dengan baju.  Perpaduan batik untuk bahan sepatu  membutuhkan pemikiran tersendiri. Kita harus menyesuaikan bagaimana harga haruslah terjangkau. Begitu pun dengan penjualan yang tidak secepat sepatu model yang lain. Masih banyak masyarakat yang masih mengutamakan merk-merk terkenal.”

Pekerjaan rumah Sebatik bagaimana produk lokal ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Des Chandra punya suatu impian. Misalnya di dunia pendidikan, ada hari-hari tertentu menggunakan batik. Tetapi sampai hari belum ada pihak yang terkait untuk mengeduasikan sepatu batik.

“Suatu saat tetap akan saya kejar bagaimana nanti dunia pendidikan bukan hanya menggunakan seragam batik tetapi juga menyentuh sampai sepatu,” pungkasnya.

Artikel ini juga dapat dibaca di Majalah Digital Kabari 187

Baca Juga: