Di balik setiap kain ulos yang indah tersimpan cerita panjang tentang kearifan lokal dan kekayaan budaya Batak. Tobatenun, sebuah brand yang didirikan dengan visi melestarikan tradisi dan masyarakat adat, menceritakan kisah luhur ini melalui setiap helai kain yang mereka hasilkan.
Lebih dari sekedar brand, Tobatenun mempunyai tujuan untuk membangkitkan jiwa kewirausahaan sesama pembuat ulos di desa-desa adat di Sumatera Utara dengan sejumlah pendidikan dan pelatihan revitalisasi ulos yang teknik dan motifnya hampir punah.Dan membantu masyarakat berkembang melalui kegiatan sosial dan pemberdayaan perempuan
Dalam sebuah wawancara, perwakilan Tobatenun Mariana selaku Brandcom Tobatenun berbagi wawasan tentang bagaimana Tobatenun mempertahankan keaslian dan keunikan tradisi dalam pembuatan kain ulos.
Latar belakang berdirinya Tobatenun dan Bagaimana Tobatenun mempertahankan keaslian dan keunikan tradisi dalam pembuatan kain ulos?
Tobatenun lahir dengan sebuah pertanyaan bagaimana melestarikan budaya dan masyarakat adat yang menjaganya di tengah komoditas. Dalam mempertahankan keaslian dan keunikan tradisi serta mendukung pengembangan masyarakat adat yang pada umumnya mencari penghasilan dengan bertenun, teknik tradisional diterapkan.
Penerapan teknik tradisional pada pembuatan setiap karya tenun memampukan masyarakat adat menenun dengan keterampilan yang sudah diajarkan dari generasi ke generasi dengan membawa karakter motif yang berbeda sesuai dengan kekhasan asal daerah para penenun.
Apa yang menjadi inspirasi desain untuk koleksi kain ulos yang dihasilkan oleh Tobatenun?
Dalam hal inovasi, motif baru diciptakan tidak hanya terinspirasi dari motif tradisional tetapi juga praktik tak berwujud, alam dan sekitar maupun budaya lain. Mengawinkan konsep yang biasa dipahami dalam seni kontemporer.
Dalam hal tradisi, memperkenalkan kembali motif Ulos lawas melalui pelatihan dengan menjadikan Ulos tua yang diwariskan dalam keluarga sebagai alat bantu menghidupkan kembali ingatan yang hilang di antara para penenun.
Bagaimana proses produksi kain ulos dilakukan oleh Tobatenun, mulai dari seleksi benang hingga penyelesaian akhir?
Untuk menghasilkan tenun Batak yang kompleks, dalam prosesnya melalui hingga 14 langkah, yaitu 1. Menghani 2. Maniran 3. Mangholting 4. Gatip 5. Pewarnaan Gatip 6. Membuka ikatan Gatip 7. Manganji 8. Mengelos 9. Menghani 10. Manotar 11. Menggiuni 12. Mamutik dan Menenun 13. Menjahit 14. Membuat Sirat.
Sebelum menenun menggunakan alat Gedogan ataupun ATBM, proses diawali dengan mempersiapkan benang seperti dihani atau diikat/gatip, lalu dilanjutkan dengan merapikan benang atau disebut maniran. Langkah ketiga adalah mangholting, proses penghitungan benang yang akan diikat membentuk motif pada tenun.
Setelah itu benang diikat dan diberi warna menggunakan material pewarnaan alam yang mana prosesnya mencakup perebusan material pewarnaan, pencelupan, pencucian, sampai penjemuran. Proses selanjutnya adalah manganji/mangunggas yang berarti melicinkan benang/ membuat kaku benang, di mana dalam penentuan proses ditentukan oleh bahan benangnya. Benang selanjutnya digulung atau dikelos lalu diuntai menjadi benang lurus yang dinamakan proses menghani.
Selanjutnya sebelum menenun melalui proses manotar dan menggiuni yaitu merapikan dan menyisir benang. Tibalah proses menenun diawali dengan mamutik atau membuat motif. Hingga akhirnya sampai pada tahap akhir yaitu merapikan rumbai kain dengan menguncinya pada proses membuat sirat.
Bagaimana Tobatenun memastikan kualitas tinggi dalam setiap kain ulos yang diproduksinya?
Tidak hanya diberi ruang untuk berkreasi, para mitra penenun juga dibimbing dalam pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan keterampilan. Selain itu, setiap kain tenun dibuat dengan tangan menggunakan pewarnaan alam hasil riset rumah pewarnaan alam Tobatenun, jabu Borna, dan dengan teknik tradisional yang membutuhkan ketelitian dan kemampuan yang sudah diwariskan turun temurun sehingga memperlihatkan orisinalitas.
Apakah Tobatenun aktif dalam mendukung pengembangan komunitas lokal di sekitar daerahnya?
Tobatenun berkolaborasi dengan komunitas lokal dalam melestarikan alam melalui pemanfaatan hasil lingkungan sekitar dan limbah alam, seperti kulit kayu Mahoni dari tukang kayu lokal daerah Simalungun dan limbah kayu Mangrove dari kelompok pelestarian Mangrove di Lubuk Kertang Village. Selain itu Tobatenun juga menjangkau masyarakat lokal dan mitra penenun dalam pendampingan sosial seperti tes IVA dan lokakarya.
Apa saja strategi pemasaran yang digunakan oleh Tobatenun untuk memperkenalkan dan menjual produk kain ulosnya?
Untuk menjangkau pasar lebih luas kami mengikuti berbagai pameran dan melakukan kolaborasi dengan jenama yang memiliki visi yang sama dalam menghargai karya seni dan berkontribusi dalam memelihara alam. Tidak hanya itu, kami juga memanfaatkan kanal online seperti website dan media sosial untuk berbagi ilmu terkait budaya Batak dan memasarkan produk.
Bagaimana Tobatenun berkolaborasi dengan para perajin lokal dan bagaimana hal ini mempengaruhi keberlangsungan bisnis dan budaya lokal?
Dalam bekerjasama dengan perajin lokal, kami mempraktikkan sistem fair trade sehingga para perajin dibayar dengan adil sesuai dengan pekerjaannya. Kami juga melakukan pemberdayaan bagi para perajin dengan harapan dapat mengedukasi mereka tidak hanya dalam seni sebagaimana mereka adalah seorang penenun, tetapi juga dalam fisik dan mental untuk meningkatkan kesejahteraan dan mendorong kemandirian ekonomi para perajin.
Apa yang membuat kain ulos dari Tobatenun menjadi pilihan?
Kami mencoba mempraktikkan transparansi dalam karya kami dengan memastikan bahwa konsumer mengetahui bahan baku yang dipakai dan dari mana datangnya. Terlebih, kami membawa konsep baru bagi tenun Batak dimana produk yang ditemukan tidak hanya kain tenun tradisional tetapi juga memperkenalkan inovasi pada motif berupa kain tenun hasil karya kreasi para penenun dengan menggunakan pewarnaan alam, menampilkan warna pastel yang jarang ditemui pada tenun Batak tradisional.
Bagaimana Tobatenun mengelola rantai pasokannya untuk memastikan kelangsungan produksi kain ulos yang berkualitas?
Mengelola dan mempertahankan kualitas produk buatan tangan tidaklah mudah. Membuat perencanaan di awal berperan penting untuk mengelola produksi dari hulu ke hilir.
Dalam proses hulu, kami berusaha untuk terus membangun hubungan kemitraan dengan pihak yang terlibat serta meningkatkan kualitas keterampilan penenun, yang memiliki peran penting dalam karya tenun, melalui pelatihan.
Selain itu, kami juga memahami setiap proses produksi yang dilalui baik itu proses pewarnaan alam maupun proses menenun yang membutuhkan waktu panjang sehingga kami memberi perhatian khusus pada pendistribusian benang tenun untuk para penenun di berbagai daerah Toba dan sekitarnya.
Mengusung produk slow fashion, pada proses hilir, dalam memasarkan produk, kami selalu mengingatkan kuantitas setiap produk terbatas dan memberi edukasi terkait proses dan waktu yang dilalui untuk menghasilkan selembar kain serta memperlihatkan proses pengerjaan kreasi melalui media sosial.
Bagaimana Tobatenun berkontribusi dalam melestarikan warisan budaya dan kesenian tradisional melalui produksi dan penjualan kain ulos?
Kami percaya bahwa memastikan kesinambungan seni tradisional yang terancam harus menjadi upaya kolaboratif antara masyarakat, sektor swasta, dan lembaga pemerintah. Berkolaborasi dengan instansi/ lembaga yang memiliki visi dan misi yang sama merupakan salah satu upaya untuk mendukung pelestarian budaya.