Ketertarikan pada dunia kuliner mendorong Tommy Wong memulai usaha makanan yang diberi nama Sate Maranggi Abah Uwong pada tahun 2017. “Saya belajar membuat sate secara otodidak, setelah menemukan komposisi rasa yang pas akhirnya berani memulai usaha ini,” ucap pria kelahiran Purwakarta 31 oktober 1994.

Saat memulai usaha, modal awal sebesar Rp 8 juta dan hanya dalam waktu lima bulan bisa balik modal.
Saat ini Sate Maranggi Abah Uwong menyediakan sate maranggi sapi Rp 30.000, sate maranggi kambing Rp 35.000 dan sate ayam madura Rp 25.000/porsi. 1 porsi berisi 10 tusuk sate.

Yang membuat sate buatan Tommy istimewa karena diolah dengan bumbu khusus dan sambal khas yang tidak dimiliki para kompetitornya. “Tapi saya gak bisa bilang bumbu apa itu, rahasia dapur kami,” tukasnya tersenyum.

Setelah usaha memasuki tahun ke lima, ada 4 gerai yang dimiliki Tommy. Lokasi pertama di Taman Jajan Gaul Anggrek Loka BSD, menyusul di Nona Kuliner Jln. Vila Melati Mas BSD, selanjutnya cabang ketiga di Ruko Arcadia Grande Blok A nomor 19, Serpong dan yang terakhir di Jln. Duyung nomor 1, Jurang Mangu. “Khusus untuk cabang ketiga dan keempat, saya bangun tidak sendiri tapi dengan partner bisnis namanya Pak Amir,” cerita Tommy. “Bulan April nanti kami buka cabang ke 5 di Bintaro. Mohon doanya ya,” tukasnya.

Selain memiliki 4 outlet, Tommy juga menjual secara online di Grabfood, Gofood, dan Shopeefood.
Untuk promosi usaha, Tommy mengandalkan Facebook Ads dan Instagram Ads.

Kendala yang dialami Tommy, sesekali karyawan mengeluh kecapean. “Kalau ini terjadi biasanya saya minta mereka istirahat agar tenaga pulih lagi jadi bekerja lebih semangat,” ungkapnya.

Diakui Tommy usaha makanan memiliki banyak persaingan. Namun, Tommy bersyukur usahanya tetap stabil di masa pandemi. Terbukti dalam sebulan bisa meruap omzet hingga Rp 300 juta dengan keuntungan bersih sebesar Rp 130 juta.
Walaupun usahanya cenderung stabil, bukan berarti tanpa gejolak. “Pernah waktu buka cabang ke 2 sempat gagal karena jaraknya terlalu dekat dengan cabang utama. Akhirnya saya pindahin, dengan jarak 7 km dari gerai sebelumnya,” katanya.

Bagi Tommy agar bisa bertahan dalam bisnis ini, kuncinya adalah rajin, sabar, berinovasi dan berdoa.
Meski telah meraih omzet ratusan juta, Tommy merasa harus banyak belajar dari orang yang lebih sukses.
Tommy pun berharap usahanya bisa lebih maju dan bisa dikenal lebih banyak orang lagi.