Menandai 29 tahun berkarya, perancang busana Anne Avantie peragakan ratusan karya rancangan busana kebaya di pangggung busana Indonesia Fashion Week (IFW) 2018.

Wanita kelahiran Semarang ini merupakan sosok perempuan tangguh, tidak mudah menyerah pada keadaan yang terbentuk dengan penuh juang dari sang ibundanya sehingga bisa melewati masa-masa sulit hingga tak terasa sudah 29 tahun Anne Avantie berkarya, dan kiprahnya baik di dunia mode serta tindakan nyatanya sebagai pejuang kemanusiaannya melalui Yayasan Wisma Kasih Bunda dan Yayasan Anne Avantie telah menginspirasi banyak orang dan sesama.

“29 tahun merupakan peristiwa yang berisi catatan kehidupan bagi saya, naik turunnya kehidupan, pahit getirnya, jatuh bangunnya, semua itu jadi bagian dalam halaman-halaman buku yang kalau ditulis tentunya memberikan kepada setiap kita inspirasi untuk melampaui masa demi masanya sampai hari ini,” terang Annie saat ditemui Kabari di kawasan Jakarta Selatan.

Wanita yang menghabiskan masa kecilnya di kota Solo ini merupakan keturunan Tionghoa yang gemar dengan seni dan budaya, mengawali karirnya ia mendirikan taman budaya Sriwedari. Anne Avantie, seorang perempuan yang penuh keterlibatan putus sekolah hanya mendekap ijazah SMP, tidak pernah belajar dunia mode secara khusus, namun ia memiliki mimpi yang karya-karyanya bisa populer dan melegenda.

“Dalam perjalanan hidup saya, saya menemukan rasa yang membuat saya ingin juga mengalami hal ini bahwa saya ingin melegenda, ketika saya melakukan melayani Tuhan, dan melakukan pelayanan kesehatan dan lain-lain, ketika orang mananyakan polpularitas, saya jawab iya dan betul,” kenang Anne.

Masa kecil Anne telah bersentuhan dengan seni kewanitaan. Ibunya adalah sosok pertama yang menghantarkan sebuah dunia dengan keindahan sebagai wacana utama.

“Saya bicara pada mami, aku pengin terkenal supaya bisa membagi pengaruh kepada orang lain dan memberikan inspirasi bagi orang lain, dan saat ini jika ada orang yang mengatakan Anne Avantie ingin populer, iya sangat betul sekali, saya memang ingin populer,” ujar Anne.

Sang ibu membuat ruang lembut dalam kehidupan masa kecil Anne, melalui sentuhan kewanitaan ibunda Annie Indriati menemukan embrio Anne Avantie dalam dunia seni di usia dini. Anne kecil sudah sangat terampil di bidang kecantikan seni kerajinan tangan serta tata busana.

Ia memasrahkan diri secara total dan menguatkannya sekaligus untuk menghadapi riuh rendah dunia. Perjalanan naik turun, jatuh bangun, gelap terang, pahit dan manis, telah memercikan cahaya yang pada pikiran dan nalurinya. Menghantarnya untuk semakin memahami bahwa hidup, karya, dan cinta kasih adalah elemen-elemen yang tak bisa dipisahkan.

“Saya merasa mendapatkan anugerah yang besar dari Tuhan, dimana ini dunia saya, dan saya ingin selalu bahwa apa yang saya lakukan ini bukan karena hari ini tetapi adalah sebuah proses, dan saya yakin sekali bahwa proses tidak akan pernah mengkhianati hasil akhirnya, saya percaya sekali,” ujar Anne penuh semangat.

“Dan kemudian ketika saya ingin menjadi seseorang yang luar biasa rupanya Tuhan tidak memberikan instan kepada saya, jatuh bangun saya luar biasa,” imbuhnya.

Anne Avantie, pikirannya, karyanya, serangkaian aksi sosialnya, luapan kreativitasnya, harapannya adalah sekumpulan energi yang perlu dilihat secara holistic. Sekian puluh tahun berlalu, Anne telah memandang kehidupan sebagai getaran yang tiada henti membentuk dirinya.

“Kenapa saya tidak bikin 30 tahun, saya merasa untuk membikin 3 dekade rasanya kaya sesuatu hal yang luar biasa bagi saya, maka saya buat 29 tahun, dengan harapan tiga dekade ini bisa memberi manfaat yang luar biasa untuk para pelaku industri kreatif bahwa fesyen itu tidak hanya membawa seseorang menjadi desiner saja tetapi memberi arti bagi banyak orang dan bisa menggugah satu semangat yang tinggi, sehingga melegenda, pungkasnya.

Tampil di Indonesia Fashion Week 2018 Anne Avantie Tampil di ajang peragaan busana Indonesia Fashion Week (IFW) 2018, peragaan ini dianggap momentum besar dalam hidupnya sebagai penanda Anne siap memasuki tiga dekade dalam berkarya. Pagelaran ini sekaligus persembahan karya cinta sumbangsih 60 tahun Ratu Keroncong Waldjinah.
Dua penari gemulai mengawali persembahan karya Anne di panggung peragaan busana di Jakarta Convention Center (JCC) ini langsung menggugah perhatian.

Penampilan kebaya selanjutnya Anne menampilkan kebaya yang dominan berwarna hijau, merah serta emas. Siluet yang ditampilkan dominan dengan dada terbuka, kemudian kain lilit serta jubah berukuran besar dan tipis sebagai pelengkap bagian belakang. Selain itu, dengan tangan terampilnya, Anne juga berani membuat bawahan kebaya berupa celana panjang dengan motif batik.

Anne tampil dengan warna-warna berani seperti merah dan emas. Dia juga membuat rancangan khusus pernikahan, dengan pilihan warna putih, emas dan batik emas hitam. Rancangan bertema Borobudur juga dibawa Anne untuk mengembalikan lokasi candi Budha di Jawa Tengah itu sebagai warisan dunia.

Anne tak hanya memercayakan rancangnya pada model-model profesional. Dalam pagelarannya penanda 29 tahun berkarya, Anne juga melibatkan deretan artis peran, penyanyi hingga menteri pun diikutsertakan. Artis yang berperan di panggung peragaan busana Anne di antaranya, Nia Ramadhani, Vanessa Priscilla, Jesica Iskandar dan Krisdayanti.