Russell Matulich adalah seorang intrapreneur yang selalu berpikir mandiri dan kreatif bahkan saat bekerja untuk perusahaan besar sekalipun. Dari pengalamannya bekerja di perusahaan-perusahaan besar dunia, dirinya tidak pernah puas dan selalu ingin melakukan hal-hal yang disukainya.

Russell pun seringkali gagal melakukannya. Namun kegagalan adalah pelajaran berharga. Hal ini yang paling berpengaruh di dalam hidup dan karirnya. Ketika gagal, kita hanya punya dua pilihan, yaitu menyerah atau melanjutkan. Sebagai manusia pasti akan gagal suatu saat, tetapi harus bangkit dan melanjutkan hidup. Kita harus bangkit dari sakit dan derita dan melanjutkan. Terkadang ada sandungan dan hambatan tetapi harus tetap diterjang.

Di tahun 2013, Russell Matulich mendirikan perusahaan bernama RTI Cable. RTI adalah salah satu perusahaan jaringan swasta di dunia. RTI menyediakan solusi jaringan skala besar di berbagai industri termasuk perusahaan cloud, operator jaringan, operator regional, perusahaan global, penyedia konten, dan institusi untuk pendidikan tinggi.

“Inspirasi sebenarnya membangun RTI adalah saya ingin mempererat hubungan dengan orang-orang. Bisnis ini memang bisnis teknologi tinggi, tetapi saat memulainya hal yang terpenting adalah hubungan dengan orang lain, membuat orang-orang saling terhubung,” tutur Russell kepada KABARI.

Ya! Proyek-proyek yang dikerjakan RTI semuanya berhubungan dengan kabel fiber optic bawah laut. Semua orang pun terhubung dengan jaringan. Russel mengatakan, banyak orang mengira bahwa internet tersambung lewat satelit, tetapi itu salah. Mayoritas sambungan data, baik saat melakukan pencarian internet atau melakukan video call, 99% nya tersambung lewat kabel fiber optic bawah laut.

“Cita-cita awal RTI adalah membangun jalan raya internet bawah laut untuk mempercepat laju internet. Jaringan kabel ini sangat kompleks, membutuhkan 5 sampai 7 tahun dan menelan biaya ratusan juta dolar,” kata pria yang meraih gelar PhD di bidang Perilaku Organisasional dan Teori Manajemen ini.

Sasaran RTI adalah membangun jaringan yang tidak tergantung dengan jaringan-jaringan lain. RTI mengincar negara-negara besar dengan populasi besar. Jaringan RTI sudah terkoneksi dengan Sydney, Australia (di mana RTI memiliki pusat-pusat data), Hong Kong (jaringan sedang dalam proses pembangunan), Tokyo (jaringan sudah beroperasi), Guam (juga sudah beroperasi), dan ada juga Los Angeles, dan ada juga jaringan Asia Tenggara melewati Indonesia dan Filipina yang terhubung dengan Los Angeles, Hawaii dan Guam.

Semua itu hanya ditunjang oleh jumlah karyawan RTI yang luar biasa karena jumlahnya hanya 30 orang!. Namun RTI tetap terus bertumbuh. Saat ini perusahaan memiliki biaya operasional sebesar 500 juta dolar AS. RTI menjunjung tinggi keragaman dengan komposisi karyawannya berasal dari berbagai negara seperti Indonesia, Jepang, Singapura, Australia, Guam, Hawaii dan Amerika.

“RTI selalu siap menjawab tantangan dan memberi solusi. Kami percaya bahwa uang bukanlah hal yang menyambung jaringan kabel. Oranglah yang menyambung jaringan kabel,” kata Russell. 

Selengkapnya Klik Video Berikut Ini :