Pada tahun 1998 Indonesia pernah mengalami kondisi ekonomi yang melibatkan nilai tukar rupiah anjlok.
Edy Ongkowijaya merupakan salah satu orang yang juga terdampak akibat krismon dimana dirinya sedang mengenyam pendidikan perguruan tinggi di Singapura pada saat situasi tersebut.
Orang tuanya menganjurkan untuk pulang ke tanah air karena usaha orang tuanya pun mengalami kebangkrutan, namun, edy bersikeras untuk tetap tinggal di Singapura.

Edy merasa dirinya belum memiliki skill yang memadai jika harus terjun ke lapangan kerja. Oleh karena itu ia melakukan survive demi kelangsungan hidup di luar negeri. Edy pun memutuskan untuk bekerja di sebuah restoran.

Ia berkisah, “Tahun 1998 orang tua mengalami krismon, saya disuruh pulang, saya ga mau, pada waktu itu banyak juga teman – teman yang pulang tapi saya tidak pulang. Saya berpikir kalau saya di Indonesia mau ngapaian ya, belum tamat, belum memiliki skill yang memadai untuk siap terjun ke lapangan kerja,” kenang Edy yang akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal di Singapura.

Edy menambahkan, “Saya pikir sudahlah saya di sini aja. Saya survive demi meneruskan hidup di sini, saya kerja di sebuah restoran, saya cuci piring, saya jadi waiter, saya tetep survive sampai akhirnya saya lulus sekolah,” imbuhnya.

Seiring berjalannya waktu, Edy mulai menemukan jalan kemandiriannya yakni menjalankan usaha kuliner berjualan ayam penyet yang merupakan hidangan ayam goreng khas Indonesia khususnya Jawa yang terdiri dari ayam goreng yang diulek memakai ulekan untuk melembutkannya dan disajikan bersama sambal.

The Penyet miliknya kini makin dikenal dan sudah mendunia, Edy pun berhasil mengembangkan bisnis ayam penyet hingga ke beberapa negara melalui teknik marketing Franchise.

Selengkapnya Klik Video Berikut Ini :