Komunitas Jendela Jakarta merupakan cabang dari Komunitas Jendela di Yogyakarta. Komunitas Jendela Jakarta dikelola dan digerakkan oleh para volunteer yang berasal dari berbagai latar belakang dan bekerja secara sukarela. Fokus kegiatan komunitas ini pada segi pengembangan pendidikan dan mental anak, terutama pada anak-anak yang kurang beruntung di Manggarai.

Ali Yakhya, selaku Kordinator Utama Komunitas Jendela Jakarta mengatakan, “Komunitas Jendela adalah suatu komunitas pendidikan yang bergerak dan fokus di bidang pendidikan anak-anak, fokus kami yang utama adalah meningkatkan minat baca pada anak-anak,” ungkap Ali saat wawancara dengan Kabari.

Tempat baca yang berdiri pada tanggal 12 Maret 2011 di Yogyakarta ini merupakan tempat kegiatan belajar dan membaca bagi anak-anak yang tidak sekolah setelah bencana erupsi gunung merapi.
Komunitas Jendela ini didirikan oleh gabungan Mahasiswa yang masih kuliah semester akhir yang dilatarbelakangi karena melihat keadaan anak-anak tidak sekolah pasca erupsi merapi. Mereka membentuk pendidikan alternatif lewat perpustakaan. Kemudian komunitas ini menyebar kebeberapa kota, salah satunya di Jakarta.

Berawal dari perpustakaan yang sederhana, Komunitas Jendela berusaha menghidupkan minat baca adik-adik Manggarai agar senantiasa menghargai pentingnya buku untuk menggapai cita-cita mereka. Beberapa program pembelajaran yang diberikan seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Seni Musik, Seni Menggambar, dan lain-lain.

Anak-anak yang tinggal di Manggarai setiap hari Sabtu dan Minggu selalu menghabiskan pagi mereka dengan bermain. Ada yang bermain dan berkumpul dengan teman lainnya, ada yang menggambar, serta melakukan permainan lainnya selayaknya anak-anak berkumpul. Semua kegiatan ini dilakukan di depan rumah kecil di samping warung, yang berada di pertigaan Jalan Manggarai Utara VI, Jakarta Selatan.
Selain itu, program yang berjalan di komunitas ini ada dua, yakni kegiatan untuk anak-anak juga bagi relawan sendiri.

Untuk kegiatan anak-anak, dikatakan Ali, “Ada kegiatan rutin setiap Sabtu dan Minggu yaitu cooking class, ada menggambar, kelas mewarnai, bahkan ada one day trip, dimana kita mengajak anak-anak belajar sambil bermain, misalnya pergi ke museum di Jakarta,” katanya.
Selain itu, kata Ali, “Kita ada kegitan Makraf, dimana kami mengumpulkan semua relawan di satu tempat untuk saling berkomunikasi, saling memberikan inspirasi dan ide apa yang dapat kita lakukan program apa yang terbaik untuk anak-anak,” ungkap Ali yang juga mahasiswa di perguruan tinggi di Jakarta.

Komunitas Jendela ini tersebar di tiga tempat di Jakarta yakni Manggarai, Serpong dan sungai Bambu, Sunter. Masing-masing di ketiga perpustakaan ini memiliki anak didik kisaran 50 siswa. Jadi untuk keseluruhan anak didik di komunitas jendela Jakarta berjumlah 150 siswa.
Komunitas yang berfokus pada peningkatan minat baca pada anak-anak, ini setiap sabtu-minggu para relawan tidak hanya mengajarkan membaca, namun memberikan pemahaman isi cerita. Melalui kegiatan yang mereka tidak dapatkan di sekolah, para relawan juga memberikan pelajaran seperti mendongeng, mewarnai bahkan memasak.

Berawal dari menjemput bola untuk bisa memberikan edukasi serta literasi pada anak-anak yang kurang beruntung dengan keadaan ekonomi orang tuanya, komunitas ini tergerak denga niat untuk ikut mencerdaskan anak bangsa lewat perpustakaan.

Seperti yang kita ketahui minat baca buku generasi muda Indonesia saat ini semakin menurun. Ditambah hadirnya beragam gadget canggih membuat mereka perlahan meninggalkan kegiatan membaca buku.
Menurut Ali, perkembangan minat baca yang ditularkan kepada anak-anak cukup berkembang dengan hadirnya komunitas ini dan mengalami perubahan yang signifikan.

“Terutama pada mereka yang di usia TK, mereka lebih senang untuk belajar menulis kemudian senang untuk belajar membaca, jadi kita ada program satu bulan satu buku, dimana para relawan mewajibkan anak-anak untuk membaca minimal satu bulan satu buku, dan berkembang satu bulan menjadi empat buku yang dibaca,” kata Ali.

Pendidikan bukan sesuatu yang mahal, bukan juga hal yang sulit untuk bisa diraih oelah anak-anak, pendidikan harus menjadi fondasi yang kuat agar anak-anak bisa mewujudkan impian terbesarnya.
“Kami berharap, semoga pendidikan di Indonesia semakin maju, bukan hanya dari segi kuantitasnya saja tetapi dari segi kualitas,” ujar Ali berharap.

Selain itu, kata Ali, “ Para tenaga pendidik dan sekolah harus meningkatkan kualitas agar bisa menghasilkan lulusan terbaik atau anak-anak didik yang berkualitas, jadi bukan hanya pintar dari segi akademik, tetapi juga dari segi attitude,” tambahnya.

Menurutnya, kesadaran untuk membaca di masyarakat belum memiliki minat baca yang tinggi, dengan begitu Komunitas Jendela hadir di tengah-tengah masyarakat melalui anak-anak berusaha memberikan edukasi yang terbaik lewat membaca dengan menumbuhkan kecintaan mereka terhadap buku.

Dengan demikian, diharapakan ke depan bisa mengaplikasikan segala ilmu mereka yang sudah didapatkan di perpustakaan sederhana ini sehingga anak-anak tumbuh menjadi priabdi yang pintar dan kreatif.
“Melalui sebuah buku mereka bisa mendapatkan banyak pengalaman dan bisa mengaplikasikan ke dalam kehidupan mereka di masa yanag akan datang,” pungkas Ali.