Mie adalah makanan yang terbuat dari adonan tipis dan panjang yang telah digulung,dikeringkan dan dimasak dalam air mendidih. Istilah ini juga merujuk kepada mie kering yang harus dimasak kembali dengan dicelupkan dalam air. Orang Italia, Tionghoa, dan Arab telah mengklaim bangsa mereka sebagai pencipta mie, walaupun tulisan tertua mengenai mie berasal dari Dinasti Han Timur, antara tahun 25 dan 220 Masehi. Pada Oktober 2005, mie tertua yang diperkirakan berusia 4.000 tahun ditemukan di Qinghai,Tiongkok.

Mie sudah jadi salah satu makanan populer dan semakin digemari oleh para penikmat kuliner mie di Indonesia, Mie Tjwan adalah salah satu usaha kuliner olahan mie yang dirintis enam bulan yang lalu oleh tiga pemuda yang bernama Denstra, Toto dan Dio.

Mengusung konsep idealis, Mie Tjwan menghadirkan citarasa mie yang menjadi selera Nusantara. Mie ayam ini merupakan hasil racikan resep seorang Tionghoa bernama Liem Hoo Tjwan.

Denstra, pemilik Mie Tjwan berkisah awal mendirikan usaha kuliner ini, “Kita bertiga memiliki konsep yang idealis, kita dapat satu resep keluarga dari partner kami keluarga chefnya, dan yang punya resep itu orang Malang bernama Tjwan, sejak tahun 1920 resep ini sudah dibuat,” terang Denstra saat wawancara bersama Kabari di jalan Cipete Dalam no 37A, Cipete, Jakarta Selatan.

“Makanya kita punya satu cita-cita, punya idealis, kita mau jaga resepnya itu sebisa mungkin pakai bahannya sama persis seperti waktu pertama dibikin jadi citarasanya ga ilang,” imbuhnya.

Mengusung konsep idealis melegendakan citarasa, mie tjwan memberikan keistimewaan olahan mie tersebut yakni memberikan edukasi. Menurut Denstra, tak hanya sekedar menjual mie namun usahanya ini dinilai menyebarkan nilai-nilai yang diajarkan oleh orang terdahulu yang mebuat resep lewat sajian Mie Tjwan.

“Di dalam resep itu tidak dibuat dengan mudah, jadi kita mau ajarkan bagaimanapun rasanya makanan yang ada di atas meja ini pembuatannya ternyata cukup sulit, tahun 1920 itu memang belum ada micin, jadi kita sesuaikan dengan bumbu yang ada untuk mendapatkan rasa gurih,” katanya.

Awalnya resep ini dibuat hanya untuk sajian khusus keluarga bagi pembuat resep, dikatakan Denstra resep ini yang diperhatikan tidak hanya soal micin tetapi soal zat pengawet, zat pewarna sangat diperhatikan, “Mungkin nilai-nilai semua itu kita bawa ke dalam satu makanan atau hidangan biar orang bisa ikut ngerasain ini, makan mie sehat untuk keluarga,“ katanya.

Denstra, pemilik Mie Tjwan

Berangkat dari komitmen yang tinggi, lahirlah konsep idealis yang diterapkan ke dalam bisnis kuliner sehingga berdiri Mie Tjwan yang menghadirkan cita rasa legendaris yang disuguhkan untuk masyarakat di era modern seperti sekarang.

“Utamanya, karena kita orang yang idealis, karena mie yang sekarang ada itu rata-rata mie ada sambelnya, kita termasuk orang idealis yang agak ngotot pengen bikin mie yang sudah enak bumbunya biarpun tanpa sambel kita menganggap rasa sambel itu terlalu keras, kalau dikasih sambel dia jadi dominan rasa sambelnya rasa mienya sendiri hilang,” ungkap Denstra.

Menurut Denstra, awal menghadirkan menu mie ayam dengan resep legend ini tidak mudah diterima oleh konsumen, namun dengan berjalannya waktu akhirnya banyak diminati para pecinta mie, karena rasa mie yang original.

“Kita bisa membuat satu makanan yang digemari orang, kita punya satu idealisme yang kita bisa bagikan juga bagaimana cara bisa menghargai rasa makanan, bagaimana cara mengangkat rasa makanan menjadi lebih tinggi. Kita punya satu pandangan kalau pada zaman resep ini dibuat, pada zaman itu punya sentuhan memori tersendiri yang ingin kita hadirkan kembali, jadi orang yang makan mie ini punya satu nuansa yaitu mie zaman dulu mie rasa jadul,” katanya.

Selain itu, Denstra pun berharap akan kemajuan masakan Indonesia, “Masakan khas daerah Nusantara mulai digalakkan karena makanan khas dari berbagai daerah di tanah air merupakan warisan dari para pendahulu kita,” pungkasnya.