Banyak sebagian orang tidak ingin membiarkan begitu saja masa mudanya dengan membuang waktu. Berkarya dan menjadi seorang yang kreatif adalah sebuah pilihannya, seperti contoh pada seorang pemuda bernama Dimas Raditya Soesatyo, salah satu anggota DPRD DKI Jakarta.

Selain aktif sebagai anggota Dewan, dirinya juga kerap melakukan kegiatan yang bisa melahirkan ide kreatifnya, yakni membuka galeri jam tangan yang terbuat dari bahan kayu. Seperti di kisahkan Dimas ide awalnya membuka usaha UKM ini di latarbelakangi oleh sahabatnya yang datang dari Amerika dan membawakan oleh-oleh jam tangan dari kayu. berangkat dari situlah akhirnya ia membuka usaha tersebut.

“Saya dapat jam dari temennya di Amerika, itu produk dari Portland, merupakan suatu daerah di Amerika yang mengolah barang produksi dari bahan dasar kayu, dari mulai jam, mebel hingga casing HP yang semua di buat dari bahan kayu di Indonesia belum ada nih jam tangan dari kayu,” kenang Dimas kepada Kabari.

Kemudian dirinya melakukan riset selama satu tahun untung mencoba peruntungannya dengan bisnis jam dari bahan dasar kayu, dan pada tahun 2011 usaha tersebut mulai berdiri dan lebih serius hingga sekarang.

Uniknya dari produk yang dibuat Dimas dan temannya tersebut, merupakan perdana sebagai pelopor menghasilkan produk dari bahan kayu, hal ini yang menjadi keistimewaan dari produk jam yang dikenal dengan label “Matoa”.

“Kita adalah pelopor jam tangan berbahan dasar kayu di Indonesia, dimana kita yang paling original meski kini mungkin sudah banyak yang bikin jam sejenis. Namun model-model kami didesain dengan kualitas di atas kompetitor kami, “ jelas Dimas akan keistimewaan produk miliknya.

Labih jauh, ia menambahkan, “Kami baru merilis jam tangan dari kayu anti air yang bisa dipakai saat berenang, menyelam yang dibuat dari bahan murni dari kayu,” imbuhnya.

Untuk semua material, dimas mendatangkan dari limbah pabrik di Bandung, setiap harinya limbah pabrik mebel dikumpulkan untuk bahan baku jam tangan Matoa. Selain itu, tantangan yang ditemui dimas adalah bagaimana mengemas sebagai model yang bisa memberi daya tarik kepada konsumen.

Bagaimana caranya kita buat model, buat produk yang bisa diterima sama orang, karena selera orang beda-beda tapi kita harus tau apa yang pasar mau, kita cermati kebutuhan konsumen awalnya kita bikin unisex, namun setelah kita berjalan kemudian butuh pengkhususan, fokus kita pada jam wanita dengan membuat desain tali jam yang kecil-kecil, tipis, khusus untuk wanita, karena kan wanita suka yang simpel-simpel,” terang Dimas yang juga merupakan putra dari ketua MPR RI, Bambang Soesatyo.

Selain pasar lokal, Matoa sempat mengembangkan sayapnya hingga ke mancanegara, seperti ke Jerman, Jepang, Malaysia dengan mengekspor kisaran 300-400 per item. Untuk kedepan Dimas berharap bisa ekspor ke Amerika. Meski demikian, dimas saat ini tetap fokus pada pasar dalam negeri, baginya bisnis UKM perlu di dorong demi kemajuan perekonomian di tanah air.

“Kita bisa mendorong ekonomi dengan menumbuhkan banyak para pengusaha muda lainnya, jadi nanti kita juga akan mendorong ke berbagai instansi untuk membantu permasalahan permodalan, seperti misalnya pedagang rokok juga bagian dari pengusaha, warung, ketika mereka mau membesarkan usahanaya dan menemui kendala dimodal, kemudian mereka lari ke rentenir misalnya, daripada mereka pinjam ke yang ga jelas, nanti ada satu badan yang memang berkuasa disitu dengan suku bunga yang masuk akal dan juga didampingi dengan teman-teman yang sudah paham bagaimana cara berbisnis, dan kita sudah menggandeng orang- orang HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia)” terang Dimas.

Menurut Dimas, jika mendirikan sebuah usaha jangan punya rasa takut rugi, yang terpenting adalah menajalani lebih dulu, mengelola usaha dengan baik pasti akan berhasil.

“Kalau mau usaha itu ga usah takut rugi jalani aja dulu kalau mengelolanya bener akan bisa berkembang, jangan takut rugi, jalani aja dulu, bikin konsep usaha yang benar, mengelola uang dengan bener pasti usahanya akan berjalan dengan baik, “ katanya semangat.

Kemajuan UKM kini semakin berkembang, bisa dilihat dengan semakin bertambahnya para kreatif muda membuka usaha, semakin banyak para pelaku bisnis akan semakin maju perkeonomian Indonesia. “Karena ekonomi itu awalnya dari pengusaha, makin banyak pengusahanya, ekonomi juga makin baik,” pungkasnya.