Awal mula dari produk Wake Wake ASI Booster tidak hanya berasal dari bisnis semata, tetapi dari pengalaman pribadi yang mendalam. Lina, sang pemilik Wake Wake, menceritakan bahwa pengembangan produk ini berawal dari pengalamannya saat anak pertamanya dirawat di rumah sakit.
“Pada tahun 2012 anak pertama saya lahir, kebetulan di usia 17 hari saya merasa ada yg berbeda dengan anak jadi saya membawanya ke RS,” katanya.
Melalui perjuangan di ruang ICU bayi, ia menyaksikan sendiri pentingnya produksi ASI bagi kesehatan bayi prematur. Dari situlah, tekadnya muncul untuk membantu para ibu dalam proses pemberian ASI, terutama dalam mempertahankan dan meningkatkan produksinya selama 24 bulan.
“Di ruang ICU tersebut saya bersama ibu menyusui lain berjuang memerah ASI untuk diberikan ke ruang ICU ,anak-anak kami minum ASI melalui selang sonde. 3 bayi berpulang selama anak saya di rawat, saat itu saya bertekad selepas keluar Rumah Sakit ini, saya mau bantu ibu menyusui supaya lebih mudah menjalani proses menyusui selama 24 bulan,” tuturnya.
Pencarian Lina akan solusi untuk meningkatkan produksi ASI membawanya pada penemuan daun bangun-bangun melalui pencarian di Google. Setelah mengkonsumsinya, ia merasakan peningkatan yang signifikan dalam produksi ASI-nya.
“Saya konsumsi daunnya dan ajaibnya memang produksi asi meningkat. Dari sana saya bertekad mau membagikan ilmu tentang daun ini yang ternyata memang berkhasiat, pantas saja masyarakat Batak sudah ratusan tahun, turun temurun menggunakan daun ini,” kata Lina.
Keajaiban ini yang menginspirasinya untuk membagikan pengetahuan tentang manfaat daun bangun-bangun kepada ibu-ibu lainnya. Dari pengalaman pribadi ini lahirlah Wake Wake ASI Booster pada tanggal 7 Juli 2016.
Lina menjabarkan yang membedakan produk Wake Wake ASI Booster dari produk sejenis lainnya adalah bentuknya yang mudah dikonsumsi. Daun bangun-bangun yang dikenal memiliki rasa pahit diolah menjadi jus yang lezat dan berkhasiat.
Proses produksi dimulai dari pengumpulan daun dari para petani lokal, kemudian diolah dengan hati-hati hingga menjadi jus yang siap dikonsumsi. Selama proses ini, Wake Wake selalu memastikan kualitas dan keamanan produknya dengan hanya memilih bahan-bahan berkualitas tinggi.
“Daun kami beli dari para petani langsung, kami cuci dan diolah, kemudian diproses sedemikian rupa, setelahnya masuk kemasan yang aman dan tetap terjaga kualitasnya,” tutur Lina.
Strategi pemasaran Wake Wake ASI Booster melibatkan berbagai platform, mulai dari e-commerce hingga media sosial seperti Instagram dan TikTok. Respons pasar terhadap produk ini telah terlihat sejak peluncurannya pada tahun 2016, di mana Wake Wake menjadi pilihan utama para ibu menyusui karena kualitasnya yang terjamin.
Untuk masa depan, Wake Wake berencana untuk melakukan diversifikasi produk dengan menciptakan bentuk lain selain jus, sehingga produknya dapat dinikmati oleh lebih banyak orang di seluruh Indonesia.
“Kami masih akan terus memproduksi jus pelancar ASI, yang sudah terbukti secara ilmiah dan turun temurun di masyarakat batak dapat melancarkan produksi asi dan meningkatkan kuantitas Asi,” pungkasnya.
Kontribusi Wake Wake ASI Booster dalam mendukung kesehatan ibu menyusui dan bayi di masyarakat telah terbukti, dan mereka berkomitmen untuk terus menyediakan produk berkualitas tinggi demi kesejahteraan ibu dan bayi di Indonesia.
Dengan demikian, Wake Wake ASI Booster tidak hanya sekadar produk bisnis, tetapi juga merupakan bagian dari perjuangan untuk mendukung kesehatan ibu dan bayi, mengangkat potensi daun bangun-bangun untuk kesejahteraan masyarakat secara luas.
Artikel ini juga dapat dibaca di Majalah Digital Kabari Edisi 199
Baca juga:
- Amanaia: Wajah Baru Restoran Legendaris Sunda dengan Cita Rasa Tradisional Indonesia yang Semakin Beragam
- Jangan Tunggu Parah! Yuk Atasi Ketegangan Mata Sebelum Terlambat
- Desember Ini Nobby Hadir di Metropolitan Mall Bekasi dan Rilis Ghazia Collection dan Prastika
- Tingginya Golput di Jakarta, Tunjukkan Rakyat Ingin Perubahan
- Gabriella Vania Couture Akan Harumkan Indonesia di Fashion Show Tunggal “Golden Lotus” di Fuzhou, China