Nama Kota Garut terkenal sebagai kota penghasil dodol, makanan khas Indonesia yang bentuknya kenyal dan rasanya manis. Namun
ternyata kota ini juga punya pesona alam yang memikat selain potensi
wisata sejarahnya.

Di Garut banyak sekali objek wisata yang dapat dikunjungi dan sangat
menarik. Banyak yang tidak mengetahui kalau di kota Garut terdapat candi
umat Hindu yang dibangun pada abad ke-8. Candi itu dikenal dengan
sebutan Candi Cangkuang, karena terletak di tengah-tengah Danau
Cangkuang.

Garut terletak sekitar 63 km di Tenggara kota Bandung. Kota ini
merupakan daerah dataran tinggi yang dikelilingi sejumlah puncak gunung
yang sebagian besar merupakan gunung vulkanis. Karenanya membuat daerah
ini menjadi kawasan pertanian yang sangat subur.

Untuk menuju kota Garut, dari Bandung kita masuk tol Cileunyi lalu
masuk ke daerah Nagrek. Dari Bandung sendiri perjalanan menuju kota
Garut memakan waktu sekitar kira-kira 2 jam. Saat memasuki kota Garut,
akan ditandai dengan gapura selamat datang. Lalu jalan beberapa meter
kemudian, akan terlihat tugu Kota Intan yang terletak di daerah
Tarogong. Tugu ini menyerupai intan berlian yang duduk di atas tahtanya.
Tugu ini merupakan simbol dari kota Garut.

Sesampainya di kota ini, lebih baik mampir ke Kampung Sampireun,
perkampungan yang terletak di Jalan Raya Samarang- Kamojang, Garut.
Suasana kampung ini, desa yang sangat unik dan cocok untuk melepas
lelah. Di sini tersedia aneka tempat penginapan dengan beragam harga.

Candi Cangkuang

Candi Cangkuang terletak di 10 km Utara Garut di dekat Leles. Candi ini
berasal dari abad ke-8 dan merupakan salah satu candi peninggalan umat
Hindu yang terdapat di Jawa Barat. Uniknya, candi ini terletak di tengah
danau Cangkuang.

Untuk menuju ke kawasan candi, harus melewati jalan yang terjal dan
berliku sepanjang 4 kilometer. Setiba di kawasan Candi Cangkuang.
Pengunjung harus menyeberangi danau dengan menggunakan rakit yang telah
disediakan oleh pihak pengelola. Penyeberangan memakan waktu tidak lebih
dari lima menit Dari kejauhan, dapat terlihat kawasan candi yang
menyerupai bukit kecil dan terlihat sangat rimbun ditumbuhi oleh
pepohonan. Setelah merapat, kami langsung turun dari rakit, menyusuri
jalan setapak yang dibuat tangga dari batu-batu alam.

Air Panas Cipanas

Cipanas merupakan objek wisata yang terkenal di kota Garut. Terletak di 6
km Barat Laut kota Garut, tepatnya di kaki Gunung Guntur. Kawasan
wisata yang relatif kecil ini memiliki sumber mata air panas yang
disalurkan ke kolam-kolam dan pemandian yang terdapat di berbagai
penginapan di Cipanas. Tempat ini biasanya menjadi starting point (titik
awal) sebelum menjelajahi beberapa objek wisata lain di sekitarnya.

Sekitar 3 km dari Cipanas melalui jalan yang mendaki ke arah Gunung
Guntur terdapat air terjun Curug Citiis. Dari lokasi air terjun ini
wisatawan dapat melanjutkan pendakian selama 4 jam ke puncak Gunung
Guntur. Air panas di daerah Cipanas ini berbeda dengan air panas yang
ada di Ciater, Subang, Jawa Barat.

Di Cipanas, air hangat yang disalurkan ke objek-objek wisata sama
sekali tidak mengandung unsur belerang, tetapi mengandung unsur yodium.
Dapat dibayangkan bagaimana khasiat dari air hangat tersebut.

Air yang ada di Cipanas, seolah tidak akan ada habisnya, selalu
mengalir dan mengisi bak-bak penampungan air tempat-tempat yang ada di
sekitarnya. Tidak heran sepanjang daerah Cipanas, banyak sekali
penginapan-penginapan yang menjadikan air panas sebagai daya tarik
utamanya. Karena memang daerah tersebut merupakan sumber air hangat di
Garut.

Adu Domba

Setelah puas menikmati pemandian air panas, wisatawan selanjutnya bisa
menghadiri sebuah acara yang diselenggarakan tiap musim panas atau
setiap bulan Juni saja, yaitu adu domba pertarungan dua domba jantan.

Acara diadakan di kota Garut, tepatnya di lapangan
Rancabango-Tarogong. Pertandingan diatur oleh seorang wasit yang akan
memutuskan pemenang dari pertarungan ini. Pesertanya sendiri tidak hanya
datang dari Garut saja, tetapi hampir dari seluruh kota di Jawa Barat.
Seperti Bandung, Tasikmalaya, Cianjur, Cirebon dan lain-lainnya.

Namun, sebelum jumlah benturan terlaksana, wasit berhak menghentikan
pertarungan, bila dilihatnya salah satu domba telah mengalami cedera.

Uniknya, domba-domba aduan itu seperti mengerti kapan ia harus
bertarung. Yakni saat suara gamelan mengalun. Begitu mereka mendengar
alunan gamelan dengan otomatis mereka akan segera mengambil posisi
masing-masing. Dalam hitungan detik kedua domba itu berlari ke arah
lawan masing-masing dengan kecepatan tinggi, lalu terdengarlah bunyi
benturan tanduk yang sangat keras.

Ada beberapa domba yang terlihat pusing, karena begitu bertabrakkan
domba itu diam di tempat sambil menggoyangkan kepalanya. Lalu ketika
gamelan tersebut mulai mengeluarkan suaranya lagi, maka kedua domba itu
kembali mengambil posisi menyerang.

Jika domba yang tak mau lagi melanjutkan pertandingan, maka dianggap
kalah. Pemenang juga bisa ditentukan lewat skor. Domba yang telah
mendapatkan skor 20, maka dialah pemenangnya.(yayat)

Untuk share artike ini, Klik www.KabariNews.com/?35781

Untuk

melihat artikel Jalan-Jalan lainnya, Klik

disini

Klik

disini
untuk Forum Tanya Jawab

Mohon
beri nilai dan komentar
di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported

by :