Bagus Hendrawan tidak menyangka namanya diumumkan oleh International Student Mobility Awards (IISMA) termasuk dari 590 mahasiswa vokasi yang akan diberangkatkan ke AS untuk mengikuti pembelajaran di kampus terbaik dunia.

Mahasiswa Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) dari Prodi Teknologi Permainan akan menjalani program IISMA selama satu semester di University of Missouri-Kansas City khususnya pada bidang artificial intelligence (AI).
Pengumuman kemarin memberikan kejutan bagi dirinya. “Saya masih enggak menyangka menjadi awardee IISMA, apalagi jika dibandingkan dengan calon lain yang memiliki banyak prestasi,” jelas Bagus.

Lulusan SMK 51 Jakarta ini mengaku bahwa dirinya tidak berharap banyak, apalagi dengan persaingan ketat menuju kampus yang berada di Amerika Serikat tersebut.

Namun, berkat usaha dan doa dari keluarga dan rekan-rekannya, Bagus terpilih sebagai satu-satunya mahasiswa Polimedia yang berangkat ke Negeri Paman Sam tersebut.

Bagus bertekad untuk mengembangkan permainan yang bagus untuk anak Indonesia sepulangnya belajar dari Amerika nanti. Apalagi di Prodi Teknologi Permainan Polimedia Bagus juga sudah mempelajari bagaimana membangun dan mengembangkan sebuah teknologi permainan. Kombinasi antara kompetensi yang didapat selama ini di kampus dan ilmu AI yang akan dipelajari nanti diharapkan bisa melahirkan karya yang membawa manfaat.

“Saya harap semoga ilmu yang saya dapatkan nanti bisa berkontribusi kembali kepada keluarga, Polimedia, dan juga Indonesia,” ujar Bagus.

Bagus masuk ke Polimedia pada tahun 2019. Selama berkuliah Bagus merupakan penerima beasiswa Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul. Memiliki orang tua yang berprofesi sebagai cleaning service dan asisten rumah tangga, tidak menyurutkan semangat Bagus untuk meraih cita-cita. Di tengah keterbatasan yang sudah dilalui semenjak bangku SMK, Bagus memetik hasil manisnya saat ini.

Ayah Bagus, Sutisna, saat mendengar kabar tersebut terasa campur aduk. Baginya, pendidikan anak merupakan kebahagiaan bagi orang tuanya. Apalagi Bagus selalu berjuang untuk tetap mengenyam pendidikan sampai saat ini.

“Campur aduk rasanya, senang, haru, khawatir, karena harus jauh dari Indonesia. Tapi saya bangga kepada Bagus karena telah memberikan terbaik untuk kami,” jelas Sutisna.

Meski serba terbatas, Sutisna selalu memprioritaskan agar anaknya mendapatkan pendidikan yang layak. Ayah dua anak ini bercerita bahwa anaknya jangan sampai putus sekolah karena terhalang biaya. Oleh karena itu, motivasi dan pesan selalu diberikan kepada Bagus agar tetap semangat menjalani perkuliahannya.

“Saya tidak ingin anak ini seperti saya, yang tidak lanjut kuliah karena biaya. Alhamdulillah Bagus mendapatkan rezekinya di situ, dari biaya kuliah, sampai nanti akan berangkat ke luar negeri,” ucap Sutisna.

Sebagai orang tua, Sutisna mengaku selalu memberikan dukungan kepada sang putra untuk mendalami passion Bagus di bidang permainan. Sutisna bahkan mengajarkan beberapa permainan sampai akhirnya Bagus dapat memecahkan berbagai permainan yang sulit bagi anak seumurnya.

Selain itu, Sutisna juga mengaku memberikan dukungan agar Bagus belajar bahasa. Bagi Sutisna, bahasa akan menjembatani anaknya ke dunia luar.

“Saya senang bermain playstation, dan Bagus pun menyukainya. Bersyukurnya permainan ini juga yang memberikan Bagus banyak beasiswa” kata Sutisna.

Sejak kecil Bagus sudah bercita-cita menjadi tentara. Alasannya sederhana, yakni untuk mengabdi kepada negara ini. Ternyata jalan rezeki menempatkan Bagus di prodi teknologi permainan.

“Ya mungkin semangat Bagus mengabdi kepada negara bisa dilakukan dengan cara yang berbeda. Tidak mesti harus jadi tentara,” kata Sutisna.

Sumber foto: polimedia.ac.id

Baca Juga: