Cinta terhadap alam dapat menginspirasi lahirnya inovasi. Begitulah yang dialami oleh Jumico Jacobs, seorang pecinta alam yang menemukan hasrat dan tujuannya dalam bisnis ecoprint.

Kisah Jumico Jacobs tidak hanya menginspirasi, tetapi juga menunjukkan bagaimana kekuatan alam dan kreativitas dapat berkolaborasi untuk menciptakan produk yang unik dan ramah lingkungan.

Jumico Jacobs, seorang penggemar trekking dan kehidupan di alam terbuka, terinspirasi untuk memulai bisnis ecoprint dari kecintaannya terhadap lingkungan.

Pertemuan pertamanya dengan ecoprint terjadi ketika sahabatnya membawa sepotong kain yang dicetak dengan daun. Keindahan dan keunikan kain tersebut membuat Jumico terpikat dan memutuskan untuk mempelajari teknik ecoprint.

Latar belakang pendidikan Jumico sebagai sarjana perikanan, yang erat kaitannya dengan alam, mempermudah dirinya memahami dan menghargai proses ecoprint.

Pada tahun 2017, ia memulai usahanya dengan fokus pada penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan seperti tawas dan tunjung.

Meskipun bahan utamanya adalah kain, proses ecoprint melibatkan teknik yang cermat dan artistik untuk menghasilkan motif yang indah dan unik.

Salah satu tantangan terbesar dalam bisnis ecoprint adalah memenuhi permintaan motif dan warna tertentu.

Warna alami yang tersedia seperti merah, coklat, dan kuning sering kali tidak cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan.

Untuk mengatasi tantangan ini, Jumico harus bereksperimen dan mengandalkan insting serta kreativitasnya dalam mencampur warna. Proses ini tidak hanya memerlukan keterampilan teknis tetapi juga rasa seni yang mendalam.

Pembuatan ecoprint dimulai dengan pelapisan kain menggunakan lilin yang kemudian dilelehkan dengan air panas bercampur tawas pada suhu 70-90 derajat Celsius.

Setelah lilin dilelehkan, kain dibilas dengan air bersih dan daun-daun disusun di atasnya sesuai motif yang diinginkan. Kain tersebut kemudian digulung, diikat kuat, dan dikukus selama dua jam.

Setelah proses pengukusan selesai, kain dibuka dan dibiarkan kering sebelum dilakukan pengikatan cetakan daun agar tidak mudah luntur.

Awalnya, produk yang dihasilkan Jumico hanyalah kain. Namun, seiring waktu, permintaan pelanggan yang beragam mendorongnya untuk mengembangkan produk seperti sepatu, sandal, dan tas.

Produk-produk ini menyasar pasar menengah ke atas yang menghargai keunikan dan nilai seni ecoprint. Karena setiap kain dan produk ecoprint memiliki pola yang unik, harganya pun lebih tinggi dibandingkan produk fashion biasa.

Jumico juga menggunakan tenun sutra Bogor, yang tidak hanya meningkatkan nilai ekonomis pabrik sutra lokal tetapi juga menambah keunikan produknya.

Dengan menjaga kualitas dan mutu sebagai prioritas utama, Jumico berhasil membangun basis pelanggan yang loyal, yang selalu menghargai keistimewaan produknya.

Bisnis ecoprint memberikan dampak positif terhadap lingkungan.

Pakaian berbahan dasar alami seperti kapas dan sutra lebih nyaman dipakai dan lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan plastik. Menggunakan bahan alami dalam ecoprint membantu mengurangi polusi yang disebabkan oleh bahan polyester yang sulit terurai di alam.

Dukungan pemerintah terhadap pengrajin ecoprint juga memperkuat dampak positif ini, menjadikan ecoprint sebagai bisnis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Sejak tahun 2018, Jumico telah memperluas jaringan bisnisnya hingga ke Bali, dengan peningkatan pesanan setiap tahunnya.

Bahkan selama pandemi COVID-19, ia tetap aktif dengan membuka kelas belajar ecoprint dan berhasil memperluas pasar internasional melalui reseller di luar negeri.

Mengikuti pameran memberikan manfaat besar bagi bisnis Jumico. Selain sebagai sarana promosi, pameran juga menjadi tempat edukasi bagi masyarakat tentang pemilihan bahan yang nyaman dan ramah lingkungan.

Melalui pameran, Jumico dapat memperkenalkan keunikan dan keindahan ecoprint kepada lebih banyak orang, yang awalnya hanya tertarik melihat, kemudian menjadi pembeli setia.

Sumber foto: Istimewa

Baca Juga: