Keterbatasan bukanlah halangan untuk menjadi juara. Ayu Fajar Lestari yang penyandang tunanetra asal Kediri, Jawa Timur mampu membuktikan dirinya dapat menghafal Al-Qur’an dan menorehkan prestasi hingga tingkat internasional.

Ayu panggilan akrabnya merupakan mahasiswi semester 6 prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri.

 Sejak lahir mahasiswi berusia 22 tahun ini mempunyai keterbatasan fisik pada penglihatannya. Keluarganya berasal dari kalangan yang sangat sederhana. Ayahnya, Muhammad Rokhim dan ibunya, Lilik Yulaikah, sehari-hari hanya berjualan nasi pecel.

Perjalanan prestasi Ayu dimulai sejak usia 3,5 tahun. Suatu ketika ia mendengar teman-temannya berangkat mengaji ke Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang tidak jauh dari rumahnya. Ayu merasa ingin seperti teman-temannya. Belajar dan memahami agama Islam sedari kecil. Di sisi lain kedua orangtuanya berusaha mendukung niat belajar Ayu meskipun mengalami keterbatasan.

“Waktu itu saya juga ingin seperti teman-teman saya. Ibu saya mencoba mengenalkan Al-Qur’an. Jadi saya sudah dikenalkan dengan Juz Amma di umur 3,5 tahun. Jadi mulai umur 3,5 tahun saya mulai benar-benar menghafal Al-Qur’an,” terang Ayu.

Anak pertama dari dua bersaudara ini mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari almarhumah neneknya di umur 3,5 tahun. Setiap harinya Ayu menghafal Al-Qur’an dengan cara mendengar bacaan Al-Qur’an yang dibacakan oleh almarhum neneknya. Walaupun almarhumah neneknya masih terbata-bata membaca Al-Qur’an, ia diajarkan tidak hanya hafalan ayat saja tetapi nomor ayat dan lafal. Ia sangat berterima kasih atas jasa almarhumah neneknya.

Ayu pertama kali mengikuti lomba di usia 5 tahun tepatnya pada tahun 2005. Saat itu ia sudah mengikuti lomba tartil Qur’an. Namun, selang dua tahun kemudian, Ayu mendapatkan cobaan. Ia mengalami tumor pada matanya dan menjalani operasi, karena hal itu dirinya berhenti sekolah selama setahun.

Tak putus semangat, perjuangannya berlanjut saat ia menimba ilmu di Panti Asuhan Tunanetra Terpadu Aisyiyah Ponorogo. Ia mengasah kemampuannya bersama Ustad, Ustadzah, dan teman-temannya. Bahkan, Ayu sempat latihan melalui telepon bersama teman-temannya.

Di tahun 2012 ia menyempurnakan hafalan Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Baqoroh, Kediri dengan bimbingan pengasuh pondok pesantren tersebut, bernama Nur Hanah. Ayu sudah mengikuti lomba-lomba di tingkat nasional, hingga internasional. Umumnya jenis lomba yang diikuti oleh Ayu adalah lomba Musabaqah Hifdzil Qur’an dan Musabaqah Tilawatil Qur’an.

Orang tua terutama ibu, ayah, dan almarhumah neneknya selalu memberikan dukungan kepada Ayu. Semangat terbesar baginya adalah datang dari keluarga. “Semangat terbesar itu datang dari keluarga kita sendiri. Saat lomba kita patut mendengarkan nasehat dari orang tua,” kata Ayu.

Perjuangan Ayu yang ditopang dengan dukungan keluarganya membuahkan prestasi yang membanggakan. Prestasi yang pernah ia raih baik tingkat nasional dan internasional yaitu: Juara Harapan 1 Lomba Doa Tingkat Kabupaten Kediri pada tahun 2005 dan 2006, Juara 2 Lomba Pemilihan Da’i Cilik (Pildacil) pada Ramadhan Festival Anak Sholeh tahun 2007, Juara 1 Lomba Mengaji 1 Juz Tilawah Tingkat Kota Kediri tahun 2009, Juara harapan 1 lomba MHQ 10 juz tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2011, Juara 1 Lomba MHQ 10 juz Tingkat Nasional dalam rangka Festival Qur’an Nasional di Universitas Darussalam Gontor tahun 2018, juara 3 MHQ internasional di Dubai, dan Juara 2 pada MHQ kategori 30 juz pada 107’s Family Quranic Competition di Nigeria pada tahun 2022.

Ayu mempunyai cita-cita ingin mengajarkan Al-Qur’an  kepada teman-teman sesama penyandang tunanetra. Ia juga memberikan pesan kepada seluruh generasi muda khususnya calon talenta emas masa depan Indonesia. ”Saat lomba itu jangan berpikir menang atau kalah yang penting bisa percaya diri untuk maju ke depan,” tutur Ayu.

Sumber foto: pusatprestasinasional.kemdikbud.go.id

Baca Juga: