Jamise Syari merupakan jenama fesyen lokal yang berbasis di Bandung yang memproduksi dan menjual busana gamis syari. Adalah Ceptian Suryana, pemilik sekaligus CEO Jamise Syari yang mendirikan Jamise Syari yang sekarang ini bertumbuh positif selama lima tahun dalam industri busana muslim wanita.

Semua itu tercapai melalui proses yang tidak mudah dan instan.  Jatuh bangun dalam menjalankan bisnis sudah biasa baginya. Setiap proses yang dilewatinya, Ceptian berusaha untuk menikmati dengan terus tetap bersyukur.

Kepada KABARI, Ceptian bercerita belajar dan memulai bisnis saat masih duduk di bangku kuliah. Saat itu dia menjual kaos. Alasannya, karena kaos adalah busana yang paling gampang untuk dijual. Berhubung juga  kuliahnya di bidang desain jadi Ceptian tidak terlalu susah untuk mendesain produk.

“Saya buat desain sendiri dan di bandung cukup  mudah untuk mencari konveksi. Yang saya rasakan saat itu jualan produk tidak semudah mendesainnya. Banyak tahapan yang harus dipelajari jualan harus kenal marketnya, jualan kesiapa, keuangan, saya belum mengerti waktu itu,” tuturnya

Beberapa kali mencoba,  lantas gagal, tak patah arah terus mencoba dengan tetap di kategori yang sama yaitu fashion laki-laki. Sampai akhirnya di 2018, Ceptian mencoba peruntungan baru. Kebetulan saat itu dirinya sudah menikah. Ia pun berdiskusi dengan sang istri perihal bisnis apa yang akan dijalankannya.

“Istri saya bilang  kenapa tidak mencoba bisnis fashion yang beda. Yang sekaligus sebagai saluran siar agama dan ada nilai dakwahnya melalui bisnis. Motivasi bisnis utamanya kita sebenarnya ingin dakwah dan ibadah. Berbeda saat motivasi bisnis sebelum nikah, inginnya untung, kaya dan segala macamnya,” katanya.

Namun mendirikan bisnis fashion ini dibutuhkan modal. Ceptian menemui kendala keuangan. Sembari mengumpulkan dana, ia dan istri membuat planning business.   

“Rencana selesai, alhamdulliah ada dana dari orang tua sebesar 15 juta untuk memulai bisnis. Ya sudah kita jalan, dan belajar dari pengalaman sebelumnya. Kita siap dan Jamise Syari pun lahir dan mulai produksi sekaligus gencar promosi di segala jenis sosial media dari Instagram sampai Tiktok dan website,” imbuh Ceptian.

Jamise Syari lebih menyasar pasar anak muda berusia 20 sampai 30an dari yang lulus kuliah sampai ibu-ibu muda. Bukan tanpa alasan, kembali lagi ke motivasinya dalam berbisnis yaitu ingin syiar agama. Ceptian ingin memberikan contoh ke anak muda secara langsung selain juga outfit syari untuk anak muda masih jarang saat itu.

“Para muslimah muda bisa terus berpakaian syari sekaligus tampil stylish dan kekinian dengan pilihan outfit di Jamise Syari,” tuturnya. Menurutnya, kategori set gamis plus khimar syari dan gamis syar’i daily adalah dua kategori yang paling dicari oleh masyarakat. Salah satu produk unggulan pada kategori set gamis dan khimar syari.

Jamise Syari  memiliki perbedaan dengan produk sejenis lainnya. Perbedaan itu terletak di model bisnis dan produknya. Kalau model bisnis busana syari ibu-ibu biasanya menerapkan model bisnis kemitraan, reseller, sementara Jamise Syari langsung ke konsumen dan mudah diakses oleh konsumen. 

Selain itu dari segi produk, Jamise Syari lebih simple dengan peruntukan lebih ke pakaian harian yang syari sebagai kategori busananya.

“Jamise Syari dapat digunakan di segala kesempatan seperti saat ke kantor, kuliah, pesta dan lainnya dan tidak ada detail yang tidak perlu,” tuturnya.

Jualannya Jamise Syari semuanya full online tanpa membuka toko offline. Karena online, distribusi Jamise Syari sudah menjangkau seluruh Indonesia. Bahkan sampai ke luar negeri seperti China Singapura, Malaysia, Turki, Arab, Mesir, dan negara lainnya. Pandemi yang melanda Indonesia tidak begitu menggoyahkan roda bisnis Jamise Syari.

“Jamise Syari terus bertumbuh dari 2018 kita growth terus. Pandemi memang berdampak tetapi bukan dalam arti penurunan, karena kita tetap bertumbuh dengan baik,” kata Ceptian.

Bertahan dalam bisnis outfit muslim wanita, Jamise Syari selalu berusaha membuat produk yang selalu dibutuhkan oleh konsumen. Ceptian tidak terlalu idealis dalam membuat produk namun tetap mengutamakan  keunikan produk sebagai nilai tambah.

“Dari sisi marketing, iklan kita tetap jalan, terus membuat konten yang organik yang sesuai trend dengan tetap berada dalam konteks keislaman. Kita harus tetap bisa mengikuti trend dan kreatif tanpa harus keluar pagar fashion muslimah,” tuturnya.

Sebagai seorang pengusaha muda, ia menekannya bahwa belajar adalah proses yang tidak ada hentinya pun dengan ibadah.

“Kita tidak boleh berhenti belajar, belajar apapun sampai kapan pun. Contohnya dalam dunia digital dimana perubahan begitu cepat. Siap-siap ketinggalan kalau kita tidak cepat belajar dan terus berusaha. Balik lagi ke motivasi, saya menjadikan bisnis ini sebagai ladangnya ibadah dan pahala dengan menjalaninya sesuai dengan ketentuan dalam syariah Islam,” pungkasnya.

Baca juga: