Beberapa waktu lalu di Unitarian Universalist Congregation of Marin, San Rafael, San Francisco Bay Area,  diaspora Indonesia yang tergabung dalam komunitas gamelan Gadung Kasturi memainkan gamelan Bali dengan piawai.

Penampilannya memukau para undangan yang hadir. Seolah mereka dibawa ke pulau Bali karena nuansa dekorasi dan lokasi yang menjadi tempat pertunjukan hijau berbukit persis seperti Pulau Dewata.

Ni Luh Kompiang, seorang diaspora Indonesia yang sudah puluhan tahun menetap di AS, yang merupakan Direktur Artistik Gadung Kasturi  mengatakan  Bali by the Bay ini sengaja dilakukan di Gunung Tamalpais yang indah dan megah – dengan nuansa kontur dan lanskap bukit taman seperti di Bali umumnya, dan memberikan tampilan berbagai tarian dan musik gamelan oleh Gadung Kasturi bahkan para peserta juga menikmati berbagai kuliner otentik khas Bali, seperti nasi campur Bali, nasi lawar, jukut urap, sate lilit, dan lain-lain.

Para pengunjung kegiatan ini terlihat menikmati pertunjukan musik gamelan dan tarian tradisional Bali yang dimainkan, seperti Nyapuh Jagat, Gender Wayang, Cendrawasih, Legong Semara Dahana, dan Taruna Jaya.

Para musisi gamelan tersebut juga memberikan edukasi dengan menjelaskan bagaimana satu per satu alat musik gamelan dimainkan, para pemain musik pun memainkan irama dan tempo, sehingga paduan berbagai alat gamelan tersebut menciptakan musik yang terdengar harmonis.

Gadung Kasturi

Bali by the Bay merupakan satu dari banyak kegiatan yang melibatkan Gadung Kasturi. Sebagai sebuah komunitas bisa dibilang Gadung Kasturi bukanlah komunitas “kemarin sore” . Gadung Kasturi sudah eksis semenjak 2007.

Awalnya dari keinginan Ni Luh Kompiang Metri Davies yang ingin melestarikan kebudayaan Bali dan memperkenalkannya di Amerika. Perempuan yang tinggal di San Francisco ini pun mendirikan kelompok gamelan dan tari bernama Gadung Kasturi.

Dibantu Carla Fabrizio dan Paul Miller, pemain gamelan di San Francisco Bay Area, mereka mengumpulkan musisi untuk menjadi anggota dan berlatih di rumah Kompiang di Richmond.

“Nama Gadung  Kasturi ini dikasikan oleh Bapak Ketut Kodi  dari Singapadu, beliau ini adalah  dosen di Insitut Seni Indonesia (ISI),” tutur Ni Luh Kompiang kepada KABARI.

“Anggota waktu itu sebagai officer adalah Joyce Lu, Ninik Lundi, Mary Leterrii,  dan Paul Miller Ni Luh Kompiang board of directors.  Secara musiknya, Gadung Kasturi dibantu Carla Fabrizio dan Paul Miller.”

Kini struktur dari Gadung  Kasturi berubah menjadi Ralph Davies, Interim President, Kompiang Metri Davies, Vice President, Fenty Kaliman, Treasurer, Chandra Ayu Davies, Secretary, Suliati Boentaran, Dhian Ayu Rahmadani dan Katie Harrell.

Ni Luh Kompiang  mengatakan Gadung Kasturi punya misi melestarikan, mempromosikan dan mengembangkan tari dan musik tradisional Bali, Indonesia, melalui pertunjukan langsung, lokakarya, kelas, ceramah dan publikasi.

“Dengan mementaskan Tari Klasik Gadung Kasturi  pentas selama ini di San Francisco Etnic dance festival sebanyak 5-6 kali kayaknya, lalu di sekolah sekolah, dan acara lainnya. Kami juga buat acara Bali By the Bay, Acara fundraising dimana ada Balinese Dinner, silent auction dan tari tarian,” imbuhnya.

Di tangan Ni Luh Kompiang, Gadung Kasturi berhasil mempertahankan eksistensi kelompok tari dan gamelan Bali ini selama hampir 16 tahun dan akan terus mengenalkan Bali di Amerika Serikat.  “Kami juga akan ada guest artists dari Bali di bulan April dan akan adakan workshop tari dan tabuh.”

Artikel ini juga dapat dilihat di Majalah Digital Kabari 187

Baca Juga: