Pada Jumat, 27 Oktober 2023, ahli farmakolog sekaligus Executive Director Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) PT Dexa Medica Prof. Raymond R. Tjandrawinata, memberikan edukasi terkait program Edukasi Bidan dan Intervensi Stunting di Jember, Jawa Timur.

Untuk diketahui berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting di Kabupaten Jember tahun 2022 adalah sebesar 34,9 persen, paling tinggi di provinsi Jawa Timur.

Dalam kesempatan tersebut Prof. Raymond menjelaskan mengenai bahan baku Obat Modern Asli Indonesia yakni HerbaAsimor untuk membantu meningkatkan kuantitas dan kualitas ASI. Bahan baku yang berasal dari alam Indonesia, yaitu daun katuk, daun torbangun, dan ikan gabus. Bahan baku ini dapat ditemukan dalam produk HerbaAsimor.

“Indonesia itu membutuhkan banyak produksi obat dalam negeri, yang kita tahu bahwa obat-obatan yang ada di Indonesia itu berasal dari importasi bahan baku. Padahal Indonesia itu banyak sekali bahan baku yang berasal dari hutan alam Indonesia. Jadi banyak potensi-potensi yang bisa dikembangkan dari bahan alam. Maka bahan alam yang belum dikembangkan, kami langsung berinisiatif riset,” jelas Prof. Raymond.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa yang dilakukan Dexa Medica bukan membuat jamu, tetapi melakukan riset untuk membuat obat yang berasal dari bahan alam di Indonesia yang disebut sebagai Obat Modern Asli Indonesia.

“Tentunya kami bekerja sama dengan para peneliti banyak dokter, banyak Rumah Sakit untuk melakukan penelitian manusia, pada pasien-pasien tersebut. Salah satu yang kami sudah produksi adalah obat pelancar ASI yang namanya HerbaAsimor. Nah, ini kami lakukan. Kenapa? Kami mengerti bahwa banyak ibu-ibu Indonesia yang sudah hamil tapi ASI-nya susah keluar atau aslinya keluar volumenya sedikit atau segi kualitas yang kurang sehingga kami mencari bahan-bahan yang baik dari Indonesia yang bisa menyehatkan baik dari sisi volume ASI dan juga kualitas ASI tersebut,” papar Prof. Raymond.

HerbaAsimor berasal dari tiga bahan alam Indonesia, yakni daun torbangun, daun katuk, dan ikan gabus. “Dari tiga bahan alam tersebut merupakan kombinasi galatonol dengan striatin, sehingga bisa dihasilkan produksi ASI ibu yang meningkatkan volume tapi juga meningkatkan kualitas, khususnya bagi ibu yang baru melahirkan dan masih ada luka yang membuat lukanya cepat tertutup. Nah, inilah kegunaan biodiversitas alam Indonesia yang akan mendapatkan obat yang baik pula.

Prof. Raymond tidak menutup kemungkinan menggunakan bahan alam lokal dari Jember. “Jadi lokal Jember bisanya apa yang spesial dari Jember. Kemarin sudah bicara dengan Universitas Jember, apa yang kita bisa kembangkan bersama, supaya biodiversitas Jember ini juga bisa terakomodasi dengan baik. Kami sedang membicarakan itu dan hal itu membutuhkan waktu untuk dikembangkan bersama-sama dengan para peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Negeri Jember atau Universitas Jember sekarang,” kata Prof. Raymond.

Sosok Inspiratif

Jauh melihat ke belakang, perhatian Prof. Raymond yang besar terhadap pemanfaatan alam Indonesia untuk pengobatan modern telah dimulai sejak keputusannya kembali mengabdi sebagai saintis di Tanah Air pada awal tahun 2000. Keputusannya untuk kembali ke Indonesia diambil setelah Prof. Raymond berdiskusi dengan Founder Dexa Group Almarhum Rudy Soetikno.

Rudy Soetikno seorang farmasis dan prajurit di Kodam IV Sriwijaya Palembang pada tahun 1960-an, menjadi sosok visioner yang sangat menginspirasi Prof. Raymond. Banyak visi Rudy Soetikno untuk kemajuan farmasi Tanah Air, yang salah satunya mengembangkan obat-obatan dari kekayaan alam Indonesia.

Pemikiran Rudy Soetikno yang mendorong Prof. Raymond mengembangkan penelitian dan penemuan obat baru berasal dari bahan alam Indonesia di Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) yang juga disebut sebagai Rumah Riset Dexa. Saat ini, penelitian terkait obat bahan alam fitofarmaka maupun obat herbal terstandar dikenal dengan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI). Nama ini diberikan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi / Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Prof. Bambang Brodjonegoro pada tahun 2019. Lebih dari 39 penelitian terkait OMAI telah dilakukan dan telah dipatenkan baik di dalam maupun luar negeri.

Idealismenya yang kuat dalam bidang penelitian obat yang berasal dari alam Indonesia, didukung oleh sejumlah pengalaman keilmuan dan juga profesionalitasnya sebagai peneliti. Prof. Raymond mengembangkan karier dalam penelitian obat dari bahan sintetik organik sejak ia menimba ilmu sampai tingkat Post Doctoral Fellow di Universitas California, San Francisco.

Ia bisa disebut sebagai salah satu putra Indonesia yang pertama kali mempelajari ilmu rekayasa genetika di era ’80-an karena pada kurun waktu tersebut, ilmu rekayasa di Amerika baru berkembang dan di Indonesia belum sepenuhnya didalami.

Pada 1991, astronot wanita Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bernama Dr. Millie Hughes-Fulford mengajak Prof. Raymond untuk terlibat proyek penelitian Spacelab Life Sciences (SLS 1) yang diterbangkan pesawat ulang alik ke luar angkasa dalam proyek penelitian osteoporosis pada astronot yang berada di gravitasi nol.

Setelah bergabung di Dexa Group pada 2005, Prof. Raymond Tjandrawinata dan timnya fokus untuk meneliti dan mengembangkan obat-obatan berbahan alam yang dikenal OMAI di rumah riset Dexa Group yakni Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS). Penelitiannya di Dexa maupun di Atma Jaya memiliki ciri khas, yakni menggunakan berbagai teknik mutakhir farmakologi molekuler yang melibatkan berbagai sistem “omics” termasuk genomics, proteomics, dan metabolomics.

Prof. Raymond merupakan peneliti yang sangat produktif. Hingga saat ini, penelitian tersebut telah diakui dan mendapatkan 64 paten di Indonesia dan mancanegara. Karena produktivitasnya, Prof. Raymond meraih peringkat pertama dalam jajaran 100 saintis dunia bidang obat-obatan dan kesehatan untuk wilayah Indonesia. Penilaian tersebut diberikan oleh The AD Scientific Index yang merupakan sistem pemeringkat dan analisis yang didasarkan pada kinerja ilmiah dan nilai tambah produktivitas ilmiah masing-masing saintis.

The AD Scientific Index memberi penilaian terhadap para saintis di 3.514 universitas yang berada di 186 negara. Penilaian tersebut dibuat berdasarkan produktivitas dan efektivitas kerja para saintis dalam 5 tahun terakhir. Hingga saat ini sebanyak 187 karya ilmiah telah dipublikasikan baik di journal medical maupun nonmedical secara akumulasi hingga tahun 2022.

Salah satu jurnal terkait OMAI pada 2022 adalah tentang ekstrak bioaktif Phaleria macrocarpa atau buah mahkota dewa. Prof. Raymond bersama timnya, meneliti kandungan Predimenol yang bermanfaat untuk menghilangkan rasa sakit, terutama untuk penggunaan jangka panjang, yang berasal dari ekstrak bioaktif dari Phaleria macrocarpa.

Berkat dedikasinya Prof. Raymond penerima 2018 SINTA Award dari Kemristekdikti dan juga memenangkan Medali WIPO untuk Inventor Award Geneve, Swiss pada tahun yang sama. Dia juga menerima Habibie Award di Kedokteran dan Bioteknologi Jakarta, Indonesia pada 2016. Pada tahun 2009, Dr. Raymond meraih Penghargaan Indonesia Future Business Leader, Swa Magazine, Indonesia.

Prof. Raymond menjadi Anggota Akademi Manajemen Keuangan Amerika (FAAFM), New York pada tahun 2008. Ia juga menjadi Rekan Masyarakat Biologi (FSB), London, Inggris pada tahun 2011. Pada 2013, ia mendapatkan beasiswa Beasiswa Kerajaan Masyarakat Kimia (FRSC), Inggris.

Ada alasan kuat yang membuat semangat Prof. Raymond tidak pernah surut untuk mengembangkan Obat Modern Asli Indonesia.

“Puluhan tahun bahan baku obat Indonesia 90 persen bergantung pada bahan impor. Sulit kemungkinannya kita mewujudkan kemandirian farmasi dengan mengandalkan obat-obatan berbahan baku sintesa kimia. Potensi besar yang bisa kita lakukan adalah memanfaatkan alam Indonesia untuk kemandirian farmasi baik dalam bentuk fitofarmaka maupun obat herbal terstandar yang teruji saintifik sehingga dapat digunakan dalam sistem kesehatan nasional atau JKN,” demikian kata Prof. Raymond.

Sumber foto: dexagroup.com

Baca juga: