Ratri Wijaya Kusuma, pendiri Rumah Batik Wijaya, telah membangun perjalanan yang memukau dalam dunia batik Indonesia.

Sejak 2007, Rumah Batik Wijaya memadukan kekayaan batik dari berbagai daerah di Indonesia dengan sentuhan modern yang khas. Ratri, yang memiliki latar belakang keluarga pedagang batik, menciptakan brand “Rumah Batik Wijaya” sebagai hasil dari keinginan untuk menjadi produsen batik sendiri.

Dari kecil, Ratri tumbuh dalam lingkungan di mana orangtuanya berperan sebagai distributor batik di Pasar Baru.

Namun, pada tahun 2007, Ratri memutuskan untuk mengembangkan brand sendiri dengan memproduksi batik yang melibatkan para pengrajin di Sragen, Pekalongan, Yogyakarta, Solo, dan tempat-tempat lainnya. Proses produksi melibatkan teknik seperti print cabut, cap, dan tulis, tergantung pada permintaan dan kebutuhan orderan.

Ratri, yang pernah mengikuti Esmod Jakarta, memberanikan diri membuka butik pertamanya di Kartika Sari Dago. Kemudian, dia bergabung dengan IFC Indonesia Fashion Chamber Chapter Jakarta, meningkatkan eksposur Rumah Batik Wijaya ke tingkat nasional dan internasional.

Selain sebagai produsen batik, Rumah Batik Wijaya juga memproduksi seragam dan memberikan pelatihan membatik untuk anak-anak sekolah, anak-anak berkebutuhan khusus, dan penyintas kanker. Ratri mengembangkan pemahaman masyarakat tentang batik dan shibori melalui pelatihan, termasuk di daerah-daerah seperti Lombok.

Rumah Batik Wijaya memiliki ciri khas dalam desain fashionnya, yang menggabungkan karakter khas batik dengan kain polos dan potongan-potongan batik sebagai ornamen. Saat ini, fokus Rumah Batik Wijaya lebih kepada pembuatan batik dengan motif yang lebih modern, mengincar pasar generasi muda dengan harga berkisar antara Rp. 200.000 hingga 1.8 Juta.

Selain batik, Rumah Batik Wijaya juga menciptakan home decor dan lukisan dengan harapan dapat menjangkau pangsa pasar perhotelan. Meskipun pertumbuhan bisnisnya mengalami tantangan akibat pandemi, Rumah Batik Wijaya tetap konsisten dan mengalami perkembangan yang baik.

Ratri mengungkapkan rencana Rumah Batik Wijaya untuk tahun 2024, yang lebih difokuskan pada ekspansi pasar di dalam dan luar negeri. Mereka ingin meningkatkan kerjasama dengan departemen store dan lebih aktif dalam mengenalkan batik kepada generasi muda melalui pelatihan.

Tidak hanya itu, Rumah Batik Wijaya kini merambah ke dunia kain shibori dengan mengembangkan brand baru bernama “KamaKu”. Kain shibori ini menjadi langkah baru yang diambil Rumah Batik Wijaya untuk memberikan variasi dan inovasi dalam produk mereka.

Kain Shibori sudah tidak asing lagi bagi para penggiat seni dan tekstil. Berasal dari Jepang, kata Shibori berasal dari kata kerja “Shiboru”, yang berarti teknik pewarnaan kain yang melibatkan penggabungan dan pewarnaan. Pola yang dihasilkan seringkali sedikit berbeda dengan batik (meski dalam pelaksanaannya lebih sederhana dan mudah

Dengan semangat dan dedikasi, Rumah Batik Wijaya terus melangkah maju, mempertahankan keberlanjutan warisan batik Indonesia, dan merangkul pasar global dengan seni batik yang khas dan inovatif.

Sumber foto: istimewa

Artikel ini juga dapat dibaca di Majalah Digital Kabari Edisi 198

Baca Juga: