Pengasuhan anak yatim adalah masalah global yang mendesak dan menuntut perhatian serta intervensi. Jutaan anak di seluruh dunia berada dalam situasi yang rentan karena kehilangan orang tua atau ditelantarkan. Memberikan perawatan dan dukungan yang memadai untuk anak yatim piatu menghadirkan banyak tantangan, yang berasal dari faktor ekonomi, sosial, dan faktor struktural.
Salah satu tantangan utama dalam pengasuhan anak yatim adalah kurangnya sumber daya yang memadai. Banyak masyarakat yang berjuang dengan kemampuan finansial dan infrastruktur yang terbatas untuk memberikan perawatan yang komprehensif bagi anak yatim. Kurangnya dana untuk panti asuhan, fasilitas pendidikan, layanan kesehatan, dan sumber daya penting lainnya menghambat kesejahteraan dan perkembangan anak-anak ini.
IBF Net telah memulai sebuah model berkelanjutan berbasis teknologi untuk mengatasi masalah serius ini. Hal ini bertujuan untuk membangun jaringan panti asuhan pertama di dunia pada blockchain dan menghubungkannya ke platform Benevolence.
Platform ini, yang telah diluncurkan sebelumnya, bertujuan untuk mengusung konsep sedekah dalam bentuk harta (donasi dana) dan sedekah dalam bentuk tenaga (relawan) serta menyatukan para donatur dan penyedia layanan yatim piatu secara gratis.
“Intervensi ini dimulai di Indonesia yang memiliki salah satu populasi anak yatim terbesar di dunia. Indonesia juga dikenal sebagai negara yang menduduki peringkat teratas dalam hal sukarelawan (volunteering) selama beberapa tahun berturut-turut. Inisiatif kami akan memanfaatkan dari penelitian ilmiah dan komprehensif yang sedang dilakukan oleh para profesional IBF Net mengenai kondisi pengasuhan anak yatim di negara ini,” ungkap Mohammed Alim, CEO IBF Net Group.
Kepedulian terhadap anak yatim sangat penting dalam Islam. Selain itu konsep dan tujuan yang berkaitan dengan kepedulian terhadap anak-anak yang rentan, termasuk anak yatim piatu, juga dibahas dalam berbagai sasaran dan target yang ditetapkan oleh PBB.
SDGs berfokus pada peningkatan kesejahteraan, perlindungan, dan perkembangan semua anak, termasuk mereka yang kehilangan orang tua. Target 1.3 menekankan perlunya menerapkan sistem perlindungan sosial yang sesuai secara nasional untuk mendukung populasi yang rentan, termasuk anak-anak yatim piatu.
Target 3.7 bertujuan untuk memastikan akses universal terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk layanan kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak, yang sangat penting bagi kesejahteraan anak-anak yatim piatu.
Target 4.a berfokus pada pembangunan dan peningkatan fasilitas pendidikan yang ramah anak, disabilitas, dan peka gender, memastikan akses yang sama untuk semua anak, termasuk anak-anak yatim piatu. Dan selanjutnya, target 10.2 bertujuan untuk memberdayakan dan mendorong inklusi sosial, ekonomi, dan politik bagi semua orang, termasuk anak-anak yang tidak memiliki pengasuhan orang tua atau yang berisiko berpisah dengan keluarganya.
Penelitian mengenai tantangan pengasuhan anak yatim dan solusi yang mungkin dilakukan akan dipimpin oleh Dr. Mohammed Obaidullah yang dalam kapasitas sebelumnya sebagai Pimpinan Ekonom Riset di Islamic Development Bank Group, ia memimpin tim proyek untuk menghasilkan Laporan Global pertama tentang Keuangan Sosial Islam.
Penelitian ini melibatkan interaksi mendalam dengan para pengelola panti asuhan di negara ini yang akan mengarah pada partisipasi aktif mereka dalam platform berbasis blockchain.
Sumber foto: forbes.com
Baca juga:
- Gigih dan Visioner, Amanda Divanty Sukses Kelola Enam Bisnis di Usia Muda
- Jakarta Bersiap Sambut NIKI BUZZ World Tour 2025
- Festival Musik UGH! Siap Tawarkan Penampilan Menarik dari Para Musisi Bintang Asia
- Tuan Tigabelas dan King of Borneo Gaungkan Suara Masyarakat Adat Lewat Lagu “SUAR”
- Dilema Ketulusan Cinta dan Keikhlasan di Pintu-Pintu Surga, Film Drama Religi Terbaru Siap Tayang di Bioskop Mulai 13 Februari 2025