Siapa yang tahu tidak tahu kue basah yang satu ini. Ya! Lapis Legit, di Indonesia kue ini sangat populer. Kue ini biasanya disajikan pada acara-acara tertentu dan hari-hari raya, seperti Imlek, Lebaran, dan Natal. Lapis Legit juga disajikan sebagai hadiah pada perayaan-perayaan lokal, seperti hari pernikahan dan hari ulang tahun.

Disukai banyak orang,  eksistensi Lapis Legit tidak hanya Indonesia saja melainkan sampai mancanegara, semisal Belanda. Di negeri kincir angin ini ada Legit 74 yang dibuat oleh Shelly Dewi.

Legit 74 merupakan usaha kue lapis legit yang didirikan sekitar 8 tahun lalu pada saat dirinya lulus dari Master Study di Vrije University Amsterdam. Ia harus berhenti dari pekerjaannya dikarenakan anaknya sakit keras dan membutuhkan perawatan intensif.

Sambil menjaga anak, Shelly mulai berpikir untuk mencari kegiatan yang bisa dikerjakan dari rumah. Timbul ide untuk memproduksi makanan Indonesia yang tidak semua orang bisa dan mau membuatnya karena tingkat kesulitan dan diperlukan kesabaran yang cukup tinggi. Lapis legit atau biasa disebut “Spekkoek”oleh orang Belanda pun menjadi pilihannya.

“Baik orang  Belanda atau orang Indonesia yang tinggal di Belanda pada dasarnya telah mengenal Lapis Legit /Spekkoek secara turun menurun, namun saya temukan bahwa Spekkoek yang dijual di Belanda sangatlah berbeda dengan Lapis Legit cita rasa Indonesia asli,”katanya kepada KABARI.

Shelly  menjelaskan Spekkoek Belanda memiliki tekstur lebih kering  sedangkan Lapis Legit Indonesia memiliki tekstur yang lebih lembut (moist). Ia ingin lebih memperkenalkan dan mempromosikan kepada masyarakat di Belanda dan negara Eropa sekitarnya bahwa Indonesia juga memiliki kue yang sama dengan yang ada di Belanda berdasarkan resep turun temurun cita rasa Indonesia asli , tekstur kue yang lebih lembut/moist dengan menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi dan teknik pembuatan yang membutuhkan ketrampilan khusus.

Shelly belajar membuat lapis legit dilakukannya secara trial and error berdasarkan resep resep kuno Indonesia yang di searchingnya melalui internet. Butuh proses sekitar enam bulan untuk mendapatkan cita rasa dan tekstur yang pas.

Alhasil, Legit 74 memiliki varian rasa mulai Lapis legit Original, Lapis legit Plum, Lapis legit Pandan, Lapis Legit Choco Pandan, Lapis legit Moccalatte dan yang paling disukai adalah Lapis Legit Original dan Lapis Legit Plum

Shelly berujar respon masyarakat di Belanda sangat baik.  Untuk orang  Belanda asli atau orang Belanda yang memiliki darah Indonesia sangat takjub dengan lapis legit asli Indonesia. Banyak yang berkata ’ Super Lekker, beter dan Holland spekkoek” (Sangat enak, lebih enak dari spekkoek Belanda).

Pembeli lapis legitnya sebagian besar adalah orang-orang Belanda yang memiliki darah/keturunan Indonesia, orang-orang Indonesia yang bermukim di Belanda dan orang-orang Indonesia yang  bermukim di Eropa (Jerman, Italia, Swedia, Belgia, Denmark, Perancis,  Austria dan Polandia).  Jumlah pembelian tertinggi biasanya terjadi pada saat menjelang Lebaran, Natal dan Imlek.

“Pemesanan lapis legit biasanya dilakukan melalui Telepon, WhatsApp, Facebook dan Instagram, kebanyakan pembeli mengetahui informasi produk kami dari mulut ke mulut,” tuturnya.

Kendala/kesulitan yang sering ditemui dalam menjalankan usaha lapis legit di Belanda adalah ketersediaan bahan baku telur dengan kualitas yang sangat baik dan harga telur yang sangat fluktuatif. 

Kuning telur merupakan bahan baku utama yang mencapat 85% dari total bahan baku yang digunakan dalam produksi. Untuk 1 loyang lapis legit dibutuhkan 30 kuning telur dengan kualitas yang cukup baik.

Harapan kedepan Legit 74 ingin agar lapis legit dengan cita rasa Indonesia asli dapat lebih dikenal di Eropa dan negara-negara sekitarnya.

“Tidak hanya dari segi rasa yang sudah dibuktikan memiliki keunggulan dan daya jual yang baik, namun juga dari segi strategi bisnis untuk lebih dapat memasarkan produk ini ke restaurant -restaurant berbintang di Eropa sehingga lebih dikenal oleh masyarakat dunia,” pungkasnya.

Artikel ini dapat dibaca juga di Majalah Digital Kabari Edisi 192

Baca juga: