Alunan nada indah dari biolanya membawa Norman Jefferson Nainggolan meraih banyak penghargaan sebagai pemain biola baik di tingkat nasional maupun internasional. Siswa SMAK BPK Penabur Bandar Lampung ini pun pernah tampil bersama musisi ternama seperti Addie M.S, Erwin Gutawa dan meraih Beasiswa Indonesia Maju (BIM).

Norman berhasil lolos mendapatkan Beasiswa Indonesia Maju Program Persiapan S1 Luar Negeri yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas).

Selama hampir setahun Norman mengikuti program pembinaan sebagai syarat untuk menjadi Awardee BIM.  Norman saat ini sudah mendapatkan tawaran LoA dari beberapa universitas ternama seperti Royal Conservatoire of Scotland, Monash University, dan University of Melbourne. Tapi, Norman punya pilihan yang jelas untuk kuliah di Royal Conservatoire of Scotland dengan jurusan Classical Music Performance.

“Harapan aku tentunya bisa lulus dengan hasil yang terbaik, dapat menghasilkan karya, mengimplementasikan ke Indonesia, dan memberikan warna baru ke musik Indonesia,” kata Norman.

Belajar biola dari SD

Kisah Norman bermula saat ia mengikuti ujian praktik kelas 6 SD. Pada waktu itu dirinya memainkan alat musik seruling untuk memenuhi tugas sekolahnya. Dari situlah remaja 18 tahun ini tertarik dengan alat musik dan mahir memainkan biola.

“Dari situ aku belum banyak tahu tentang musik. Aku mulai mempertanyakan tentang jenis alat musik, mamaku kemudian menunjukkan biola dan piano dan dari situ aku jatuh cinta sama biola. Karena saat itu biola, di mataku terlihat unik,” kata Norman.

Ketika menyatakan ketertarikannya dengan dunia musik, Ibu Norman, Hasnariaty mengaku sempat ragu dengan keinginan Norman. Namun, lambat laun Ibunya memberikan kepercayaan kepada Norman.

 “Awalnya saya tidak yakin, karena menurut saya biola adalah alat musik yang jarang saya lihat, tidak seperti piano dan gitar. Kemudian, saya bilang ke Norman untuk membuktikan kepada kami kalau ia serius di dunia musik, buktikan dengan prestasi,” ujar Hasnariaty.

Keluarganya bukanlah keluarga yang berlatar belakang pemusik, maka dari itu Hasnariaty mendaftarkan anak sulungnya itu di kursus musik. Norman pun mulai serius menekuni alat musik biola. Hingga akhirnya, pihak sekolah  mengetahui Norman bisa memainkan alat musik biola dan memintanya bergabung tim sekolah untuk mengikuti lomba.

Waktu itu persiapannya hanya tiga hari, sedangkan siswa lain sebulan. Awalnya kami khawatir karena Norman terlihat belum siap, terlebih Norman satu-satunya yang memainkan biola. Kami tidak sangka, tim sekolah mendapatkan juara favorit, dari situlah saya berpikir anak saya mulai serius,” ungkap Hasnariaty.

Momen itulah yang membuat remaja 18 tahun ini percaya diri dan konsisten bermain biola sampai sekarang

Raih banyak prestasi

Deretan prestasi telah ia torehkan yaitu The 1st winner on the International Open Competition for Piano and Violin, Gloriamus Music School 2019; Gold Medal and Grand Prix Achievement on Big Ben International Festival Competition, Tarumanegara University, 2019; Gold Award on Virtual Bunga Rampai Art Festival Competition  with Amadeus Enterprise 2020; The 1st winner on the Open International PCC Piano and Violin   Competition 2020; The 1st prize (95/100) Diploma on World Arts Games Fiestalonia  Competition for Instrumental Nomination, Spain, 2020; Honorable Mention on International Virtual Music Competition by Persatuan Chopin Malaysia and Sunway University, Malaysia 2020; The 1st Winner on The International Virtual Young Music   Organization Competition 2021, The 1st winner on the International Virtual Grand Music Festival, 2021; The best performance-Platinum Award on Indonesian  International Young Music Award, 2021; Gold Award on National Festival of Indonesia Cultural Arts 2022; dan The best Interpretation on Romantic Work and the 1st prize on  Indonesia International Youth Music Olympic 2022.

Berkat kegigihannya dan dukungan dari berbagai pihak, kemampuan Norman banyak dilirik oleh berbagai kalangan, hingga akhirnya bisa berkolaborasi bersama musisi terkenal dan diundang di acara penting seperti Twilite Orchestra (Addie M.S.) 2019, Di atas Rata-Rata Official (Erwin Gutawa) 2020, G20 Indonesia Presidency 2022 Opening Ceremony (Lembang), Jakarta Concert Orchestra (Avip Priatna dan ikut konser di Esplanade Building, Singapura) 2022, Gita Bahana Nusantara 2021 dan 2022 (menjadi concert master di Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI tahun 2022), Concertmaster di Kantata Orchestra Penabur Pusat 2022, Soloist di Musik Indonesia Lintas Era Orchestra (Bersama Erwin Gutawa dalam rangka Hari Musik Nasional 2023).

Norman tetap menyeimbangi antara bermain biola dan akademiknya. Di masa pandemi Covid-19 yang membuat ruang publik terbatas, Norman tetap semangat mencari kompetisi. Lewat media sosial, Norman mencari berbagai informasi kompetisi biola baik tingkat nasional dan internasional.

Di akhir masa SMA-nya, Norman memikirkan kelanjutan studinya ke perguruan tinggi. Ia mengungkapkan niatnya untuk kuliah di luar negeri kepada keluarganya. “Aku pilih kuliah di Eropa karena disana itu pusatnya musik klasik dan keluargaku juga mendukung,” ujar Norman.

Dalam mewujudkan mimpinya itu memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk kuliah di luar negeri, hingga pada akhirnya ia mendapatkan informasi Beasiswa Indonesia Maju (BIM) Program Persiapan S1 Luar Negeri.

Sumber foto: pusatprestasinasional.kemdikbud.go.id

Baca juga: