Tak ada yang menyangka, kegagalan mencalonkan diri sebagai anggota legislatif justru menjadi pintu masuk Agus Priyanto menuju dunia yang sama sekali berbeda: dunia seni yang menyembuhkan.
Sebelum dikenal sebagai praktisi terapi seni, Agus adalah seorang pegawai kantoran biasa dengan aktivitas sosial yang tinggi. Ia aktif mengajar mengaji bagi anak-anak dan orang dewasa di lingkungannya. Kepedulian ini membawanya untuk maju sebagai calon legislatif DPRD Kota Surakarta pada tahun 2019.
Namun, alih-alih menjadi jalan pengabdian baru, pencalonan itu berujung pada kekecewaan besar. Agus gagal mendapatkan kursi legislatif. Tak hanya itu, ia kehilangan harta benda, harus menjual rumah, dan menitipkan anak-anaknya ke mertua. Beban mental kian berat saat ia mulai menarik diri dari lingkungan sekitar.
“Saya pikir, kenapa cuma gagal nyaleg bisa sampai stres berat? Tapi ternyata memang bisa, dan saya mengalaminya sendiri,” kenang Agus.
Dalam keputusasaan dan malam sunyi, ia tiba-tiba terdorong untuk melukis setelah menunaikan shalat malam. Tak terduga, proses mencoret-coret kanvas tanpa beban justru menghadirkan rasa tenang yang lama hilang. Saat itulah, titik balik terjadi.
Melukis Bukan untuk Indah, Tapi untuk Sembuh
Agus mulai rutin melukis. Bukan untuk estetika, melainkan untuk menyuarakan isi hati. Ia memperdalam pendekatan seni meditatif—proses melukis yang fokus pada kesadaran dan penerimaan emosi, bukan pada hasil akhir. Melalui kuas dan warna, ia menemukan dirinya kembali.
Dari pengalaman pribadi itu, ia mengembangkan metode terapi seni yang kini dikenal sebagai Soul Release Art Therapy. Terapi ini menggunakan media seni rupa untuk membantu seseorang melepaskan emosi terpendam, menyembuhkan luka batin, dan menemukan kedamaian.
“Kadang, gambar bisa bicara lebih banyak dari seribu kata,” ungkap Agus.
Agus mempelajari bagaimana warna dan garis bisa mencerminkan kondisi psikologis seseorang. Ia menggunakan berbagai media—mulai dari pensil, cat, hingga tanah liat—untuk membantu kliennya mengakses perasaan yang sulit diungkapkan secara verbal. Dari anak-anak yang mengalami trauma, hingga lansia yang menyimpan luka lama, semua bisa terbantu lewat pendekatan ini
Bukan Sekadar Aktivitas Menyenangkan
Sayangnya, terapi seni kerap disalahpahami sebagai kegiatan santai biasa. Padahal, menurut Agus, di balik proses menggambar atau melukis, tersimpan potensi besar untuk pemulihan jiwa.
“Banyak trauma yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Lewat seni, kita bisa memilih apa yang ingin kita buka tanpa paksaan, tapi tetap berprogres untuk pulih,” jelasnya.
Kini, Agus tak hanya kembali pulih, tapi juga menebar harapan. Ia aktif menyelenggarakan workshop Soul Release Art Mastery untuk berbagai kalangan. Ia membuka ruang aman bagi siapa pun yang merasa hilang arah.
Sumber Foto: Istimewa
Baca Juga:
- WALI Rayakan 25 Tahun Berkarya Lewat Tur Asia ke Lima Negara
- Perjalanan Agus Priyanto Menemukan Harapan dari Kuas
- Panggung Musikal “Keluarga Cemara” Akan Kembali Hadir Dalam Konsep Yang Lebih Megah
- Peralatan Kebersihan Rumah Tangga sebagai Solusi Inovatif untuk Hunian Sehat dan Nyaman
- Tren Dinding Natural Tantang Arsitek untuk Lebih Jujur dalam Desain