Teduh didirikan di tahun 2022 oleh Christian Chonardo dan Adrianus Matthew Sukuramsyah. Christian yang mengejar pendidikan dalam bidang Teknik Komputer di Princeton University, kemudian bekerja di firma konsultan McKinsey & Company.

Namun, melihat kondisi kesehatan mental yang memprihatinkan di Indonesia, terutama dengan lebih dari 45.000 upaya bunuh diri pada tahun 2022, ia memutuskan untuk berkomitmen menyelesaikan dan mengatasi masalah ini bersama co-foundernya dari University of Waterloo, Adrianus Matthew Sukuramsyah dan Nicco Parikh.

Didorong oleh tekad untuk memberikan bantuan bagi mereka yang membutuhkan, Christian memulai perjalanan dengan Teduh, sebuah platform yang didedikasikan untuk menjembatani kesenjangan dalam perawatan kesehatan mental dan mendukung masyarakat Indonesia melalui masa-masa sulit dan di luar itu.

“Dengan lebih dari 20 juta warga Indonesia yang berjuang dengan penyakit mental berat, dan banyak kasus yang belum tercatat, misi Teduh sangat relevan dengan tantangan yang dihadapi oleh sebagian besar penduduk. Komitmen Teduh terhadap perawatan kesehatan mental di Indonesia semakin diperkuat oleh dukungan investor bersemangat yang memahami kebutuhan mendesak akan perawatan kesehatan mental yang komprehensif di negara ini,” tutur Christian.

Dengan aplikasi terobosan kesehatan mental di Indonesia, Teduh mengukuhkan standar baru dalam bidang ini. Christian menjelaskan aplikasi ini berfokus pada aksesibilitas dan kemudahan penggunaan, merevolusi lanskap perawatan kesehatan mental di negara ini. Dengan menyederhanakan akses ke sumber daya dan layanan kesehatan mental yang vital, aplikasi ini bertujuan membuat pencarian bantuan lebih mudah bagi warga Indonesia.

“Indonesia telah lama berjuang menghadapi tantangan kesehatan mental, dan komitmen Teduh dalam mengatasi masalah ini semakin nyata. Aplikasi ini mempermudah akses ke sumber daya dan layanan kesehatan mental penting, menjadikannya lebih mudah bagi masyarakat Indonesia yang membutuhkan bantuan,” terangnya lagi.

Fitur unggulan aplikasi ini adalah algoritma eksklusif yang canggih, dirancang dengan seksama untuk mencocokkan individu dengan kursus-kursus bantuan diri atau psikolog yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka. Pendekatan personalisasi ini memastikan bahwa mereka yang mencari bantuan dapat mengakses dukungan yang sesuai dengan mereka, yang secara signifikan meningkatkan peluang kesuksesan.

Navigasi dalam aplikasi ini sangat mudah, dengan antarmuka pengguna yang intuitif yang cocok untuk semua usia. Komitmen Teduh untuk memastikan kemudahan penggunaan berakar pada keyakinan bahwa dukungan kesehatan mental harus mudah diakses oleh semua orang, tanpa memandang keahlian teknologi mereka.

Ekspansi ke Kesehatan Mental Pekerja

Dalam perjalanannya yang singkat, Teduh yang sebelumnya fokus pada menyediakan aplikasi kesehatan mental untuk terapi online, meditasi, dan terapi mandiri, belum lama ini mengumumkan ekspansinya ke dalam penyediaan manfaat kesehatan mental bagi karyawan di seluruh Indonesia.

Pentingnya kesehatan mental dalam produktivitas tenaga kerja adalah elemen kunci yang semakin diakui. Teduh menyadari bahwa kesejahteraan mental sangat penting dalam menciptakan budaya perusahaan yang sehat dan meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.

Christian Chonardo mencatat bahwa langkah ini adalah respons alami terhadap kebutuhan yang berkembang. “Saya merasa bahwa Indonesia memerlukan perawatan kesehatan mental dan manfaat karyawan yang lebih baik. Saya mendirikan Teduh untuk mengisi kekosongan ini, dan kami terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan ini,” ujar Chonardo.

Teduh telah berhasil menyediakan layanan kesehatan mental kepada berbagai institusi pendidikan, termasuk Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Binus. Hal ini menunjukkan dampak positif yang telah dicapai oleh Teduh dalam mendukung kesehatan mental mahasiswa dan staf di seluruh negeri.

“Pengalaman kami di dunia pendidikan telah mengajarkan kami betapa pentingnya perawatan kesehatan mental, terutama di kalangan generasi muda. Namun, kita juga harus mengenali perlunya kesehatan mental di tempat kerja. Ini memengaruhi budaya perusahaan, produktivitas, dan kualitas hidup karyawan,” tambah Chonardo.

Sumber foto: Istimewa

Artikel ini juga dapat dibaca di Majalah Digital Kabari Edisi 194.

Baca Juga: