Aksi bentrok terjadi antara karyawan PT Freeport Mc Moran Indonesia yang berunjuk rasa dengan aparat keamanan, Senin (10/10). Bentrokan ini berujung penembakan yang menewaskan dua orang pengunjuk rasa. “Seorang pengunjuk rasa yang tewas karena tertembak senjata milik polisi,” kata juru bicara Serikat Pekerja PT Freeport Indonesia, Virgo Solossa seperti diberitakan Reuters.

Bentrokan ini berawal saat polisi berusaha menghentikan lebih dari 1.000 karyawan yang berunjuk rasa sejak 15 September lalu, yang ingin memasuki kompleks pertambangan. Menurut jurubicara PT Freeport, Ramdani Sirait mengatakan bahwa sekelompok karyawan berdemo dan individu lainnya berjalan dari Sekretariat Serikat Pekerja di Timika menuju ke terminal bus dengan maksud untuk mengganggu keberangkatan bus bagi karyawan PT Freeport Indonesia (PTFI) yang akan kembali.

”Kelompok tersebut, lanjutnya, berusaha untuk masuk ke dalam terminal bus dan Kepolisian telah menanggapi dengan memblokir akses mereka yang tidak sah ini yang membuat kelompok tersebut bertindak agresif,” kata Ramdani Sirait.

Seorang dokter di rumah sakit umum Mimika membenarkan bahwa korban tewas diakibatkan luka tembakan peluru. “Dua orang meninggal dunia karena luka tembakan di dadanya,” kata dr Hery yang bertugas di Rumah Sakit Mimika.

Sementara itu juru bicara Polda Papua Komisaris Besar Wahyono mengatakan selain pengunjuk rasa yang tewas, aksi unjuk rasa ini juga mencederai enam orang polisi. Wahyono menambahkan polisi hanya memberikan tembakan peringatan ke udara setelah para pengunjuk rasa melempari aparat dengan batu. Namun Virgo membantah tudingan peserta aksi menyerang polisi hingga enam aparat luka akibat bentrokan, Virgo membantah. “Kami tidak provokatif, tidak bersenjata. Justru ditengah negosiasi untuk naik kendaraan, polisi tembaki kami,” ujarnya keras. Unjukrasa kali ini adalah terbesar dalam 4 tahun terakhir.

Aksi mogok kembali dilakukan (setelah sebelumnya para karyawan sempat kembali bekerja pada pertengahan Juli lalu) karena perundingan soal tuntutan kenaikan upah menemui jalan buntu. Para pekerja Freeport menuntut kenaikan upah dari US$1,5 atau Rp12.800 lebih menjadi US$3 atau Rp25.600 lebih per jam. Pekerja menilai gaji mereka jauh dibawah standar gaji karyawan perusahaan itu di sejumlah negara lain yang mencapai U$15 atau Rp128.250 lebih per jam

“Konsep pandangan upah kami berbeda, kami punya konsep berdasarkan kondisi perusahaan. Sementara perusahaan menawarkan paket dengan mengacu pada pasar tambang di Indonesia dan mengacu pada inflasi. Kami keberatan,” kata Virgo Solosa.

Virgo mengatakan jika dibandingkan dengan 14 perusahan tambang yang berada di bawah bendera Freport McMoran, maka upah karyawan PT Freeport Indonesia di Papua jauh lebih kecil. Negosiasi terakhir untuk mendapatkan kesepakatan gaji buntu pada 26 September lalu, sehingga sebagian karyawan masih tetap melakukan aksi mogok.

Menteri Energi Indonesia mengatakan bahwa bentrokan di PT Freeport Indonesia sudah masuk pada tataran keamanan maka pihaknya menyerahkan situasi itu kepada Menteri Koordinator Politik dan Keamanan.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?37418

Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :