Setelah terjebak dalam tambang selama 69 hari di
kedalaman hampir 622 meter, 33 pekerja tambang Chile akhirnya bisa diselamatkan,
Selasa (12/10/2010).  Suasana di area  pertambangan yang terletak di Acatama, Cile,
tampak penuh haru. Ratusan orang termasuk keluarga korban menunggu dengan hati
berdebar saat proses evakuasi berlangsung.

Proses evakuasi dimulai pukul 22.55 waktu
setempat dan dihadiri oleh Presiden Chile Sebastian Pinera bersama istri. Selain
itu, proses evakuasi juga disiarkan secara langsung oleh televisi lokal. Warga Chile di sejumlah kota provinsi negeri itu bisa menontonnya
dari layar besar yang disediakan.

Ketika petambang pertama bernama Florencio Avalos
diangkat ke permukaan menggunakan kapsul “Phoenix”,
segenap rakyat Chile
langsung bersuka cita. Mereka begitu bangga dengan aksi penyelamatan heroik ini.

Setelah Florencio Avalos, satu demi satu mereka ditarik
ke permukaan sampai Luis Alberto Urzua, penambang yang diangkat paling akhir. Luis
Alberto Urzua adalah pemimpin para pekerja tambang tersebut.

Semua orang, termasuk Presiden Sebastian Pinera,
bersorak ketika Urzua muncul ke permukaan dengan keadaan sehat, “Kita
sudah melakukan sesuatu yang ditunggu-tunggu seluruh dunia,” kata Urzua
kepada Presiden Pinera. Presiden pun memeluknaya dengan suka cita.

“Selama 70 hari kami berjuang sangat keras untuk tidak menyerah. kami
punya kekuatan, punya semangat, dan berjuang demi keluarga. Itulah hal yang
terbesar,” ujar Urzua.

Proses evakuasi memakan waktu 15-20 menit per
orang dan membutuhkan persiapan hingga satu jam untuk setiap pengangkutan dengan
kapusl Phoenix.
Alhasil, operasi penyelamatan terus berlangsung hingga Rabu dinihari. Mereka diangkat
ke permukaan sesuai urutan yang dirahasiakan. Ini sengaja dilakukan oleh tim medis
karena mempertimbangkan faktor psikologis pekerja.

Namun seperti dikutip media lokal, Menteri
Kesehatan Chile,
Jaime Manalich, menyatakan pekerja yang diangkat pertama adalah yang memiliki
kondisi fisik dan mental terbaik. Hal ini sekaligus untuk membuktikan kepada para
pekerja yang masih di bawah bahwa kapsul tersebut aman untuk dinaiki.

Selanjutnya, sepuluh orang berikutnya adalah yang
terlemah atau memiliki gangguan kesehatan seperti diabetes, tekanan darah
tinggi, infeksi pernafasan dan iritasi kulit.

Penyelamatan
yang dramatis

Para pekerja
tambang tersebut terjebak di kedalaman hampir 700 meter setelah terowongan
penghubung runtuh pada 5 Agustus lalu. Selama dua hari pertama mereka hidup
secara darurat di ruangan sempit, sebelumnya akhirnya mereka bisa melakukan
kontak dengan dunia luar lewat sebuah lubang kecil.

Dari lubang itu mereka mendapat pasokan makanan
dan minuman darurat. Mereka juga mengabarkan kondisi mereka lewat kertas yang
ditulis dan digulung kemudian ditarik ke atas oleh tim penyelamat.

Selama menunggu bantuan datang, mereka hidup dalam
kecemasan dan ketakutan. Ahli psikologi menyatakan banyak hal buruk bisa terjadi
pada mereka jika mereka tak segera diselamatkan. Selain soal kesehatan, masalah
 kejiwaan juga dapat timbul. Misalnya halusinasi,
disorientasi, bahkan hingga gangguan jiwa.

Baru pada hari ke-17 sejak mereka terperangkap,
tim penyelamat berhasil mengebor sebuah lubang yang mencapai lokasi petambang. Namun
diameter lubang itu hanya 30 cm, sehingga 33 pekerja tambang itu belum dapat
dikeluarkan. Paling tidak dibutuhkan lubang berdiameter 70 cm untuk menarik
mereka ke atas. Tim penyelamat berharap penambang dapat dibebaskan pada awal
November.

Sementara menunggu operasi penyelamatan yang
diperkiran memakan waktu minimal satu bulan,  mereka mulai mendapat pasokan makanan, minuman,
 dan obat-obatan secara rutin. Pasokan
itu dikirim ke bawah menggunakan alat semacam ember. Para
pekerja sempat meminta rokok, namun ditolak tim medis.   

Tim penyelamat yang dibantu para ahli dari Inggris,
Jepang, Amerika Serikat, dan Australia
terus bertarung dengan waktu. Mereka harus bekerja cepat dan tepat. Betul para
pekerja sudah mendapat pasokan makanan, tapi mereka tak mau mengambil resiko  dengan membiarkan para pekerja lebih lama
terjebak di bawah tanah.

Operasi penyelamatan dimulai dengan membuat tiga
rencana pengeboran yang disebut rencana A, B, dan C.  Rencana A gagal, karena mata bor patah. Tapi rencana
B berhasil. Sebuah lubang berdiamater 70 cm berhasil mereka buat dan menembus
ke sebuah ruangan yang dapat dicapai oleh pekerja tambang.

Sebelum proses evakuasi, tim penyelamat membuat
penahan berbahan baja pada 56 meter pertama. Tujuannya, agar lubang tidak
longsor saat evakuasi berlangsung.

Setelah katrol di permukaan siap, tim penyelamat menurunkan
sebuah kapsul yang diameternya sedikit lebih kecil daripada  diameter lubang. Kapsul ini dinamai “Phoenix” nama burung yang
menjadi legenda suku Indian Amerika dan dapat mengangkut satu orang.

Menggunakan kapsul tersebut, dua orang tim
penyelamat turun ke bawah untuk membantu pekerja menaiki kapsul.

Sebelum menaiki kapsul, petambang mengenakan
pakaian khusus yang dapat menyerap keringat dan mencegah pertumbuhan jamur atau
bakteri.

Akhirnya, satu persatu petambang yang telah
terjebak 69 hari dapat ditarik ke atas. Mereka tampak kelelahan namun dipastikan
dalam keadaan sehat. Keluarga mereka yang menunggu di permukaan tak kuasa
menahan haru. Para petambang langsung
berhamburan memeluk anggota keluarga tercinta.

”Tuhan tidak pernah meninggalkan kami,” ujar  Luis Alberto Urzua dengan mata berkaca-kaca.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?35715

Untuk melihat artikel Utama lainnya, Klik di sini

Klik di sini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

________________________________________________________________

Supported by :