KabariNews – Mencoba memahami pesan yang hendak disampaikan cerita dalam film Surat Cinta Untuk Kartini, perlu memahami zaman yang memiliki kontekstual dalam menjelajahi pemikiran pembuatnya, biarpun dari judul telah mengikat emosi kita pada sosok yang meng-inspirasi perempuan Indonesia dan menjadi tonggak sejarah dalam memperjuangkan kaumnya.

Menyebut nama sosok ini tidak serta merta kita digiring untuk memberi apresiasi atas pesan yang hendak disampaikan, ketika cerita fiksi tidak memiliki urat nadi tentang sebuah emansipasi karena sebatas upaya mencangkok spirit tanpa mengunduh makna dari sebuah inspirasi besar wanita sebesar Kartini. Kita mencoba mengamini upaya sajian yang mencoba mengadopsi beberapa sequal sebagai upaya membangun sensasi dan mendekatkan pada jamannya.

MNC Pictures kembali mempersembahkan produksi film terbarunya berjudul Surat Cinta Untuk Kartini. Kartini sosok penting dalam film ini dicoba untuk diaktualisasi dalam jalinan kisah kekinian, berjuang memperbaiki kedudukan wanita layaknya sosok Kartini sang Pahlawan pada zamannya.

Berkisah dari seorang tukang pos bernama Sarwadi (Chicco Jerikho) jatuh hati pada sosok Kartini (Rania Putrisari). Kartini adalah perempuan yang ayu dan tampak peduli dengan rakyat kecil.

Penonton diajak untuk melompat masa lalu di era Kartini. Memberi sugesti atas alam sekitar adegan dan set lokasi tempat ketika Kartini membuka lembar pemikiran kritisnya sebagai bentuk perlawan dan perjuangan perempuan agar dapat memiliki kesetaraan dengan kaum pria.

Film Surat Cinta Untuk Kartini menunjukkan sekaligus mengingatkan kembali sejarah bagaimana memperjuangkan kaum perempuan atas emansipasi sekaligus keluar dari belenggu penindasan berpikir dan berorientasi atas peran dan tanggung jawabnya. Mampukah kita menangkap pesan dalam film ini? Semua kembali pada ruang uji kemampuan interpretasi dan pengalaman hidup masing-masing kita dalam mencernanya. (1011)