Sejak pertama
kali bertemu, Welington Koo beberapa kali menelpon Hui Lan. Tampaknya dia memang
menyukai Hui Lan. Dalam sebuah kesempatan ketika Hui Lan sedang merawat diri di
salon Elizabeth Arden, Wellington Koo menyambanginya. Karuan saja, Hui Lan
merasa tersanjung karena orang terhormat seperti Wellington Koo mau menemui
dirinya saat sedang berada di salon seperti itu.

Dilamar Wellington Koo

Beberapa saat
berlalu, hubungan Hui Lan dengan Wellington Koo 
semakin akrab. Dari segi latar belakang, banyak orang mengakui mereka
adalah pasangan yang serasi. Prianya seorang politikus terhormat, wanitanya
seorang anak pengusaha sukses dan kaya raya yang bergaya aristokrat.

Dalam sebuah
kesempatan mereka pernah bercakap-cakap. Percakapan inilah yang kemudian selalu
dikenang oleh Hui Lan karena Wellington Koo memintanya menjadi  istri. Percakapan bermula dari obrolan
mengenai orang-orang biasa diundang ke tempat-tempat penting seperti
istana.  

Hui Lan berkata
bahwa drinya tidak mungkin diundang ke Istana Buckingham, istana Elysee atau
Gedung Putih, meski dia orang kaya. Wellington Koo menimpali “Istri saya ikut
diundang, kalau saya menghadiri perjamuan resmi di tempat tempat itu,”katanya.
“Tentu isterimu kan
sudah meninggal,” ujar Hui Lan.
Wellinton Koo lalu berkata, “Ya, dan saya punya dua orang anak yang masih
kecil, yang memerlukan ibu,“

Hui Lan yang
ketika itu baru berumur 19 tahun dan terbiasa berbicara blak-blakan seperti
ayahnya langsung bertanya, “ Jadi kamu ingin menikah dengan saya,“tanya Hui
Lan.

“Ya, dan saya
harap kamu mau.” jawab Wellington Koo pendek, tanpa menyebutkan apakah dia
mencintai Hui Lan  dan sebaliknya. Ketika itu Hui
Lan tak langsung menjawab tetapi meminta waktu untuk  berpikir.

Menantu Impian

Bagi Bing Nio, Wellington Koo merupakan menantu impian. Dia sangat ingin Wellington
Koo bisa bersanding dengan Hui Lan.  Bing
Nio kerap  memuji Welington secara
terbuka. Tak terbayangkan betapa bangga dirinya jika menjadi mertuanya Wellington
Koo. Soal sikap ibunya ini, Hui Lan pernah berpikir bahwa ibunya lebih cocok
buat Wellington
daripada dirinya. Menurut Hui Lan, Wellington
lahir tahun Babi, cocok dnegan ibunya yang lahir tahun Naga. Sedangkan  Hui Lan lahir di tahun Harimau.

Tjong Lan memberi saran,”Hui Lan, kamu harus menikah dengan Wellington Koo,
jangan seperti saya yang bersuamikan orang yang tidak berarti. Ingat, kamu akan
menjadi Madame Wellington Koo dan orang akan menyapamu Your Excellency.”

Ketika Hui Lan
masih dalam keragu-raguan, ibunya sudah tidak sabar. Hui Lan mengungkapkan
dirinya belum siap menjadi ibu tiri dari dua anak Wellington. Tapi kata Bing Nio, Hui Lan tak
perlu mengasuh sendiri anak-anaknya, kerana mereka sudah punya pengasuh. ”Ingat,
sekarang masih ada aku yang akan melindungimu, tetapi aku ini berpenyakit
diabetes. Kalau aku sudah tidak ada, kamu akan tidak bisa hidup serumah dengan
Tjong Lan, karena kamu tidak akur dengan Ting Liang. Kamu tidak akan
diperbolehkan hidup sendiri oleh ayahmu. Kamu harus pulang ke ayahmu, padahal
Lucy Ho membencimu. Kamu bisa diracuni.“ kata ibunya seperti ditulis Hui Lan
dalam bukunya.

.

Oei Tiong Ham Tak Setuju

Tapi akhirnya
Hui Lan memang menerima pinangan Wellington Koo. Segera setelah Hui Lan mau
menikah dengan Wellington Koo, Bing Nio mengirim telegram kepada Oei Tiong Ham
di Singapura untuk mengabarkan berita ini.

Tapi jawaban Oei
Tiong Ham diluar dugaan. Berbeda dengan istrinya, Oei Tiong Ham justru tidak
setuju. Alasannya,  mata-mata Oei Tiong Ham menemukan bukti bahwa
Wellington Koo pernah menikah dan bercerai di Shanghai, sebelum menikah dengan putri
Jenderal Tang.

Dia  lalu membalas
telegram dengan bunyi :“Kalian tolol. Kalau Hui Lan dinikahkan dengan
Wellington Koo, ia tidak bisa menjadi istrinya, karena Wellington Koo mempunyai
istri yang masih hidup di Cina. Mengapa kalian tega berbuat demikian kepada Hui
Lan?”

Tapi Bing Nio
bergeming.  Soal itu, Bing Nio sudah
diberitahu oleh Wellington
bahwa semasa kanak kanak ia sudah dijodohkan dengan putri tabib yang
menyembuhkannya dari penyakit berat. Waktu pulang liburan dari Amerika Serikat
tahun 1908, ibu dan kakak laki lakinya mengirimkan tandu merah kepada putri
tabib itu.

Wellington yang lahir 1887 dengan
taat membawa gadis desa yang tidak terpelajar ke New York. Istrinya kemudian meminta
dipulangkan karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan di sana. Diadakanlah rapat
keluarga yang memutuskan mereka bercerai. Masa itu perceraian diakui kalau
direstui orang tua.

Kemudian
Wellington menikah dengan gadis berpendidikan barat, putri Tang Shao Yi, tangan
kanan Presiden Yuan Shih Kai. Setelah mendapat gelar master dari Columbus dan lulus dari
sekolah hukum di Yale, Wellington Koo kembali ke Cina untuk menjadi sekretaris
dan penerjemah bagi Yuan di Beijing.

Wellington Koo berasal dari keluarga yang tidak kaya tidak pula miskin. Mereka
termasuk kuno. Kaki ibunya masih diikat dan ibunya itu hanya bisa berbahasa
Cina dialek Shanghai,
serta tidak pernah pergi jauh dari rumah. Ketika bersekolah di Amerika Serikat,
Wellington
hanya bisa tinggal di asrama murah dan hidup sederhana sekali.

Pendek kata,
akhirnya Wellington Koo dan Hui Lan menikah juga. Pertunangan mereka diumumkan
di Hotel Ritz di Paris, sedangkan pernikahannya diselenggarakan di Kedutaan
besar China di Brussels, Belgia.

Saat hari
pernikahan, hanya Bing Nio yang hadir, 
Tjong Lan dan suaminya Tiang Liang tak bisa hadir karena sakit.
Sementara dari keluarga Wellinton Koo juga tidak ada yang hadir karena perlu
waktu lama menempuh perjalanan laut dari China ke Eropa.

Pernikahan harus
dilangsungkan sebelum Wellington
menggantikan Alfred Tse sebagai Minister (Jabatan yang lebih rendah dari duta)
Cina di London.

Hui Lan
mengungkapkan, menerima hadiah pernikahan dari ibunya berupa sebuah Rolls-Royce dengan
seragam sopir yang dibuat di Dunhill. Ibunya 
juga menghadiahkan peralatan makan dari perak yang waktu itu harganya
sekitar 10.000 poundsterling.  Sarung
bantal tempat tidur mereka diberi kancing yang berhiaskan intan.

Cintanya Hanya Untuk China

Seusai menikah, mereka kembali ke hotel. Sebagaimana layaknya pengantin
baru, Hui Lan bermaskud menyenangkan suaminya dengan mengganti pakaian
pengantinnya dengan pakaian negligee
yang seksi. Tapi ternyata Wellinton tak memperhatikan dirinya, dia malah sibuk
bekerja dikelilingi empat sekretarisnya. Jadi saya duduk saja menunggunya.

Malam itu juga mereka harus berangkat dengan kereta api ke Jenewa, Swiss, untuk
menghadiri pembukaan Liga Bangsa-Bangsa (Kemudian menjadi PBB). Wellington Koo
adalah ketua delegasi China.

Sejak itu mulai
ada perasaan yang lain di hati Hui Lan, melihat begitu sibuknya Wellinton Koo.  Perhatian Wellington Koo hanya untuk Cina. Ia
memang orang yang diperlukan oleh Cina, tetapi bukan suami yang tepat untuk
Hui  Lain, tutur Hui Lan  dalam bukunya.

Otaknya
cemerlang, tetapi ia tidak mampu bersikap mesra dan menunjukkan kelembutan
kepada istrinya sendiri.

Sore itu, sebelum berangkat untuk menghadiri resepsi pernikahan yang diadakan
bagi mereka oleh wakil Chna untuk Spanyol yang khusus datang dengan istrinya.
Pesta resmi itu dihadiri pejabat-pejabat Perancis, Belgia, dsb.  Bing Nio yang ikut ikut bersama mereka tampak
bangga sekali ketika mereka disambut dengan karangan bunga yang besar setibanya
di stasiun.

Mereka
mendapatkan kamar suite yang megah.
di hotel Beau Rivage yang menghadap ke danau. Tapi belum lama mereka tiba di
hotel, Wellington Koo langsung dijemput sekretarisnya untuk segera menggelar
berbagai rapat. Daripada bosan menunggu suaminya rapat, akhirnya Hui Lan
memutuskan pergi berbelanja bersama ibunya sambil menikmati keindahan kota Jenewa.

Suatu kali, Hui
Lan pernah kaget dan tersinggung ketika Wellington
dan Wang, sekretarisnya,  mengatur tempat
duduk tamu di perjamuan yang mereka adakan. Ketersinggungan Hui Lan, selain Wellington tak mengajak
berdiskusi, juga lantaran dirinya ditempatkan di tengah tempat duduk
orang-orang yang menurut Hui lan membosankan.

Dan tanpa
sepengetahuan Wellington,
Hui Lan mengatur kembali letak kartu-kartu 
di meja perjamuan.  Beberapa saat
kemudian, saat sedang berdandan, tahu-tahu Wellington datang dan menegur Hui Lan. Begini
katanya, “Hui Lan, ini bukan pesta pribadimu, kamu menjamu mewakili Cina, sehingga
para tamu harus didudukkan sesuai dengan tingkatan mereka, agar tidak ada
seorangpun yang merasa terhina atau hilang muka.“ ujar Wellington.

Tapi sejak saat
itu, Hui Lan jadi banyak belajar soal protokol. Belakangan dia malah sangat
ahli dalam mengatur tempat duduk para tamu, sehingga tugas itu diserahkan
kepadanya.

Tampak serasi padahal tidak sejalan

Waktu demi waktu berlalu. Hui Lan sebagai istri seorang pejabat China dipanggil
dengan sebutan terhormat Madame atau Your
Excellency
,  begitu juga dengan Bing
No ibunya. Hui Lan masih ingat ketika pertama kali ke Istana Buckingham yaitu
saat suaminya menyerahkan surat-surat kepercayaan kepada Raja George V dan
Permaisuri Mary.

Putri Alice yang
sebelumnya sudah mengajarinya tatacara di kerajaan,   yaitu cara wanita memberi hormat kepada
keluarga raja. Termasuk pesannya supaya jangan berbicara kalau tidak ditanya.
Sekeluar dari istana, suaminya berkomentar,”Kita ini memang pasangan yang
hebat,” katanya.

Dari luar memang
Welllington dan Hui Lan seperti pasangan yang serasi dan matang, padahal Hui Lan
merasa pernikahan mereka tidak berjalan dengan mulus.

Orang memang
mengagumi kecerdasan Wellinton. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa mereka cuma
negara kelas dua, sebab masa itu China bukan negara yang kuat. Kekuatan-kekuatan
besar dunia cuma mengirimkan wakil setingkat minister ke Beijing, bukan duta besar.

Suatu kali
dengan bergurau Hui Lan berkata pada Wellington,”Saya
tidak ingin seumur hidup menjadi istri Minister, Kapan kamu menjadi dubes?”.
Mendengar itu Wellinton jengkel.“Kalau kamu tidak puas dengan keadaanmu
sekarang, kapan pun kamu tidak akan puas. Saya tidak bisa mendapat kedudukan
lebih tinggi lagi dari ini, minister untuk Istana Saint James!” katanya ketus.

Pada tanggal 30 Januari 1922, putra mereka lahir di Washington. Ketika itu Wellington sedang menghadiri konferensi pembatasan senjata
yang juga membicarakan nasib Shantung di
tangan Inggris.

Putra mereka
diberi nama Kai Yuen yang berarti “zaman baru”. Namun nama resmi putra kami itu
Yu Chang yang diberi oleh abang sulung Wellington.
Namun orang-orang lebih senang memanggil dengan nama Wellington Junior.
Akhirnya sejak kecil mereka memanggilnya Junior saja.

Bertemu Dengan Ayah Lagi

Pada  tahun 1916,  keadaan China kacau. Presiden Yuan Shih Kai
meninggal tidak lama setelah berusaha menjadikan dirinya kaisar. Penggantinya
lemah, Wellington yang sudah tujuh tahun
meninggalkan China
dipanggil pulang.

Dalam perjalanan
ke China
dengan S.S. Khyber mereka singgah di Singapura. Disanalah Hui lan mendapat
kejutan yang tak disangka-sangka, yakni Ayahnya, Oei tiong ham datang menemui
dirinya di atas kapal. Segera saja Hui Lan mengenalkan Wellington dengan Ayahnya. Itulah pertemuan
pertama antara Oei Tiong Ham dengan menantunya sendiri.

  

Saat masih
bersandar di Singapura itu, Hui Lan sempat diajak Ayahnya untuk mendarat untuk
mengunjungi rumah yang selama ini ditinggalinya bersama Lucy Ho.

Sesampainya
disana, Hui Lan heran, karena ayahnya yang glamour sudah jauh berubah. Hui Lan
mendapati di rumah itu sama sekali tak ada air ledeng atau WC duduk. Sungguh
jauh dari cirri-ciri kemegahan yang dulu dimiliki ayahnya. Bahkan ayahnya tak
punya pelayan pribadi. Oei Tiong Ham sama sekali tak menjawab pertanyaan Hui
Lan mengapa dirinya  menjadi hidup
sederhana seperti itu.

Namun Oei Tiong
Ham menjelaskan bisnisnya berjalan seperti biasa, Hauw maupun Swan bisa
diandalkan. Kantor ayahnya di Singapura pun berjalan dengan baik, tetapi ia
jarang ke sana.

Ayahnya juga  meminta Hui Lan supaya tak
perlu khawatir. Kata Oei Tiong Ham, 
neraca keuanganya bahkan lebih beres, karena ditangani sendiri oleh Lucy
Ho. Memang berlainan dengan gundiknya yang lain . Lucy Ho cukup terpelajar dan
pintar.

Tapi Hui lan
tetap  tetap khawatir.  Dia tahu tidak semua istri setia. Mengapa
Lucy Ho membiarkan dirinya terikat pada pria yang menghamilinya setiap tahun ?
Hui Lan  memperingatkan ayahnya agar
jangan mencampuradukkan seks dengan bisnis. Tapi oei Tiong Ham tertawa,”Kamu
dan ibumu akan jauh lebih kaya, kalau pemasukan dan pengeluaran uang kalian
seperti Lucy Ho.” katanya.

Tapi Hui Lan
kemudian membalas,”Buat apa saya repot2 mengurusi neraca dan menelusuri kemana
uang saya kalau saya mempunyai ayah seperti ini?”.

Saat kembali ke
kapal, tak lupa Oei Tiong Ham menjejalkan lembaran dollar AS yang jumlahnya
lebih dari US$ 50.000 ke dalam tas Hui Lan.

Jangan sampai
ketinggalan bagian terakhir kisah ini. Oei Tiong Ham meninggal dunia dan
Wellington Koo menjadi dubes China di Amerika…

Bersambung…

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33090

Untuk melihat Berita Indonesia / Khusus lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket