Sejak namanya disebut-sebut sebagai orang yang diduga
merekayasa kasus wakil Ketua KPK, Bibit Samad
Riyanto dan Chandra Hamzah, nama Susno Duadji terus meroket. Nyaris
setiap hari media memberitakan jenderal bintang tiga kelahiran Pagar
Alam, Sumatera Barat ini.

Karir Susno di kepolisian cukup cemerlang, malahan jika tak ada
persoalan yang mengganjal dirinya, minimal Susno bisa duduk di Trunojoyo
2, atau menjabat Wakil Kepala Polri.

Terhitung sejak 2001, karir kepolisian Susno di Mabes Polri terus
melesat. Dia hanya butuh waktu bulanan untuk promosi dari jabatan Wakil
Kepala Sub Direktorat Penegakan dan Ketertiban Direktorat (Subdit Gaktip
Dit) Sabhara Polri, menjadi Kepala Bidang di lingkungan Badan
Pembinaan Hukum Polri.

Kemudian mulai tahun 2004 Susno menjadi perwira tinggi bintang satu
dengan jabatan Wakil Kepala di Pusat Pelaporan Analisa Transaksi
Keuangan (PPATK). Setelah empat tahun, Susno
meraih pangkat Inspektur Jenderal (bintang dua) dan ditunjuk menjadi
Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat tahun 2008.

Hanya sebentar di Polda Jawa Barat, Susno lalu ditarik kembali ke
Mabes Polri menjadi Kepala Badan Reserse Kriminal Polri dengan pangkat
bintang tiga di pundak. Posisi ini cukup strategis, karena berada di
urutan nomor tiga setelah Kapolri dan Wakil Kapolri.

Cicak vs Buaya
Karier Susno mulai berantakan sejak dia disebut-sebut merekayasa kasus
wakil Ketua KPK, Bibit Samad Riyanto dan
Chandra Hamzah. Dia pula yang pertama kali melontarkan analogi cicak vs
buaya kepada wartawan dalam suatu kesempatan.

Pada 6 November 2009 atau empat hari setelah pencopotan dirinya,
dalam rapat kerja DPR dan Polri, menyatakan
tidak menerima dana Rp 10 miliar dari bank Century. Kala itu, Kapolri
membela habis-habisan Susno saat dicecar anggota Dewan.

Seperti diketahui, kasus tersebut membuatnya dicopot sementara selama
dua minggu karena diperiksa tim delapan bentukan Presiden. Susno lalu
mendapatkan kembali jabatan Kabareskrim pada 17 November 2009.

Di periode ini Polri tampak masih membela Susno, namun demikian
jabatan itu hanya dipegang Susno selama delapan hari, karena Kapolri
mencopotnya dan melantik Komisaris Jenderal Ito Sumardi sebagai
pengganti.

Sebuah Momentum?

Berbagai pihak menyatakan, apa yang diungkap Susno soal mafia kasus di
tubuh Polri seharusnya menjadi momentum Polri untuk berbenah total,
terlepas kontroversi saling tuding yang sedang terjadi di antara
petinggi Polri saat ini.

Polri memang harus berbenah total. Bisa jadi pula mafia kasus ini
sebetulnya hanyalah puncak gunung es dari rangkaian persoalan internal
di tubuh Polri. Mulai dari tingkat kesejahteraan, profesional dan etos
kerja, dana operasional dari pemerintah yang terbatas, serta beragam
persoalan lain yang membelit.

Bahkan ada pameo yang beredar di kalangan masyarakat, “Kalau tidak
ada duit jangan sampai berurusan dengan polisi”. Ini menjadi bukti
bahwa, masyarakat masih sangat enggan berhubungan dengan polisi, maksud
hati mau minta tolong malah ditodong. Begitulah kira-kira.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?34687

Untuk

melihat Berita Indonesia / Utama lainnya, Klik

disini

Klik disini
untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar
di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :