Leiomioma uteri atau mioma
uteri atau fibroid merupakan tumor jinak rahim, baik itu di permukaan
rahim, atau di dalam rahim, yang paling banyak dijumpai pada wanita dan
menimbulkan masalah kesehatan pada 20-25% wanita di usia reproduksi.
Mioma uteri berasal dari lapisan otot polos uterus (miometrium).

Kurang lebih 20-49% wanita dengan mioma uteri akan mengalami masalah
kesehatan berupa perdarahan uterus yang abnormal, nyeri pelvik atau
panggul, nyeri haid, dan infertilitas atau sulit mendapatkan keturunan.
Angka kejadian fibroid bisa berkembang menjadi tumor ganas/kanker
tergolong rendah sekitar 2-3 kasus per 1000 kasus fibroid.

Terapi yang paling banyak dilakukan untuk wanita dengan mioma uteri
adalah tindakan pembedahan. Tindakan pembedahan yang dilakukan dengan
pengangkatan mioma atau pengangkatan rahim. Namun terkadang hal itu
tidak dapat dilakukan terhadap beberapa wanita dengan mioma uteri
karena alasan tertentu seperti: terdapat kontraindikasi pembedahan,
pasien takut untuk dilakukan pembedahan, pasien masih menginginkan
rahim, dan efek samping pembedahan yang akan meningkatkan risiko
infertilitas. Untuk mengatasi hal tersebut maka diberikan terapi
obat-obatan (medisinal) guna mengatasi masalah kesehatan akibat mioma
uteri. Terapi medisinal bertujuan untuk mengurangi volume mioma uteri
dan sekaligus mengurangi atau menghentikan perdarahan uterus abnormal pada mioma uteri.

Walaupun disadari bahwa terapi medisinal saat ini masih memberikan
hasil yang hanya sementara waktu saja. Namun tentu terdapat manfaat
yang dapat dipergunakan untuk penanganan mioma uteri

Terapi medisinal pada mioma uteri

Walaupun faktor yang mengawali pertumbuhan mioma uteri masih belum
banyak diketahui, namun sampai saat ini tampaknya disepakati bahwa
hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium seperti estrogen dan
progesteron merupakan hormon penting yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan mioma uteri. Bukti-bukti yang mendukung adalah mioma uteri
tumbuh lebih cepat ketika wanita berada di dalam kurun usia reproduksi,
dan pertumbuhan mioma uteri akan terhenti atau bahkan mengalami regresi
ketika wanita memasuki usia menopause atau pasca menopause.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jaringan mioma uteri memiliki jumlah reseptor estrogen dan reseptor progesteron yang lebih banyak
dibandingkan dengan miometrium yang normal. Disamping itu jaringan
mioma uteri juga dapat menghasilkan estradiol yang dapat memicu dan
memicu pertumbuhannya sendiri.

Estradiol berfungsi meningkatkan proliferasi sel-sel mioma uteri, sedangkan progesteron berfungsi untuk menghambat apoptosis (programmed cell
death) dari mioma uteri. Beberapa penelitian dasar dan klinik
menunjukkan bahwa interaksi antara reseptor progesteron dan progesteron
dapat meningkatkan aktivitas proliferasi sel mioma uteri. Walaupun
progestin dapat menghambat efek estrogen terhadap mioma uteri, namun
akibat efek anti-apoptosis progestin terhadap mioma uteri tersebut,
maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat untuk terapi progestin pada
kasus mioma uteri.

Jenis progestin lain yang dilaporkan bermanfaat baik untuk mengurangi jumlah perdarahan uterus abnormal akibat mioma uteri sekaligus mengurangi
volume mima uteri, adalah levonorgestrel-releasing intrauterine system (LNGIUS). Penggunaan LNGIUS dapat menurunkan volume mioma uteri menjadi 60% dalam waktu 12 bulan.

Gonadotropin-releasing hormone agonist (GnRH-agonist), Obat ini
bekerja dengan cara menurunkan produksi estrogen dari ovarium melalui
penekanan produksi gonadotropin di hipofisis. GnRH-agonist diberikan
secara kontinyu (malar), secara intra-nasal atau injeksi baik subkutan maupun
intramuskular. Pengobatan dengan GnRH-agonist dapat mengurangi volume
ovarium sebesar 30-90% dalam waktu 3-6 bulan pengobatan. Kekurangan
obat ini adalah efek samping akibat kondisi hipoestrogen yang
ditimbulkannya seperti gejolak panas, kulit terasa kering, dan vagina
kering. Disamping itu pengobatan GnRH-agonist lebih dari 3 bulan tanpa
penambahan add-back therapy berisiko meningkatkan kejadian osteoporosis.

GnRH-agonist diberikan terhadap pasien dengan mioma uteri dengan tujuan untuk mengurangi volume mioma uteri sebelum dilanjutkan dengan terapi
pembedahan, menghentikan perdarahan sebagai upaya meningkatkan
hemoglobin sebelum terapi pembedahan, mengurangi jumlah perdarahan saat
operasi dan menghentikan perdarahan uterus abnormal sementara waktu
sampai pasien memasuki masa menopause.( Teks dan Gambar  : dr. Cepi Teguh Pramayadi spOG )

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?34108

Untuk melihat Berita Indonesia / Kesehatan lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

____________________________________________________

Supported by :