dr Taruna IkrarOleh Dr. Taruna Ikrar
(University of California, School of Medicine, Irvine, USA) 

 

 

Potensi obat dan zat kimia dalam menyebabkan keracunan

Pada saat seseorang menderita penyakit, apalagi penyakit yang parah, maka obat menjadi kebutuhan pokok yang tidak bisa ditunda. Obat merupakan hasil ekstrak secara kimiawi, sehingga penggunaannya harus secara tepat dan benar. Hal ini disebabkan, zat kimia obat tersebut jika masuk kedalam tubuh akan segera bereaksi berdasarkan reaksi kimiawi dan biologi tubuh. Yang jika penggunaannya secara tepat dan berdasarkan anjuran atau resep dokter akan berdampak baik untuk menyembuhkan penyakit. Namun sebaliknya jika penggunaannya tidak tepat akan menyebabkan reaksi yang berlebihan, ketergantungan obat, sampai pada tahap keracunan dan kematian orang yang menggunakan obat tersebut.

Penggunaan Obat Secara Tepat

Penggunaan obat yang tepat, dapat diartikan sebagai penggunaan obat yang sesuai dengan dosis, jangka waktu pemakaian, serta berdasarkan indikasi atau kebutuhan klinis pasien yang dilandasi atas keterjangkauan biaya. Jadi secara sederhana dapat dikatakan bahwa penggunaan obat yang tepat adalah yang memenuhi syarat atau aspek medis, ekonomis dan hukum sosial.

Pentingnya penggunaan obat secara tepat dan rasional, disebabkan atas beberapa faktor yaitu:

  1. Upaya untuk mencegah terjadinya resistensi atau ketidak efektifan obat. Jika telah terjadi resistensi, maka pada saat pemakaian obat tersebut dikemudian hari, obat tersebut menjadi tidak manjur lagi untuk menyembuhkan penyakit yang diderita.
  2. Peningkatan biaya pengobatan, yaitu kenaikan biaya obat yang berdampak pada peningkatan beban ekonomi di masyarakat. (Hal ini dapat dikurangi dengan penggunaan obat tepat).
  3. Efektif dan keamanan pengobatan, jika penggunaan obat yang tidak tepat akan berdampak pada efektivitas obat, yang pada akhirnya tidak menyembuhkan tetapi bahkan akan memperparah penyakit yang diderita, serta dapat berakhir dengan kecacatan dan kematian. (Gambar 1: Potensi obat dan zat kimia dalam menyebabkan keracunan)
Keracunan Obat

Contoh-contoh obat yang berbahaya

Reaksi obat yang merugikan adalah respon terhadap obat yang berbahaya dan tidak disengaja. Dalam deskripsi ini penting dijelaskan bahwa hal tersebut menyangkut respon pasien, di mana faktor individu dapat memainkan peranan penting, bahkan fenomena ini dapat berupa: respon terapi tak terduga, berupa efek samping dari obat tersebut. (Gambar 2: Contoh-contoh obat yang berbahaya).

Biasanya keracunan obat dapat terjadi karena pemakaian yang berlebihan (Melebihi batas terapi obat atau karena pemakaian dalam waktu yang lama (Kronis). Selain itu dapat disebabkan karena reaksi alergi, ataupun karena pemakaian obat yang bukan berdasarkan indikasi. Demikian pula diakibatkan oleh pemakaian obat yang merupakan kotra indikasi, yang disebabkan ketidaktahuan pasien.

Keracunan obat pada seseorang tentunya merupakan suatu bencana tersendiri yang seharusnya dapat dihindari. Menurut laporan Institute of Medicine, reaksi obat merugikan merupakan penyebab utama kematian urutan keempat di Amerika Serikat dan lebih dari dua juta reaksi serius terjadi setiap tahun. Reaksi obat yang merugikan ini dapat terjadi karena beberapa alasan, termasuk pemakaian dosis yang tidak benar, penyalahgunaan obat dan interaksi antara obat.

Karena semua obat memiliki kemungkinan efek samping, olehnya pemakaian obat dibutuhkan pemantauan penggunaannya, hal ini untuk membuat beberapa obat yang lebih aman. Sehingga dokter sebelum meresepkan, atau masyarakat sebelum mengkonsumsi obat sebaiknya memahami:

  1. Batas normal serta level kritis yang memungkinkan obat yang dikonsumsi beracun.
  2. Reaksi fisiologis dan toksisitas obat, serta kontra indikasi obat tersebut.
  3. Interpretasi level kebutuhan dan efektivitas obat tersebut.
  4. Obat-obatan yang mempunyai risiko yang tinggi dan sensitif, sebaiknya dokter yang memberikan resep memahami metode uji laboratorium untuk memantau tingkat obat.

Contoh Reaksi Keracunan Obat

Penderita Stevens Johnson Syndrome akibat keracunan Obat

Stevens Johnson Syndrome merupakan contoh populer kasus keracunan obat yang ditandai munculnya ruam atau luka dan lecet yang sangat parah pada kulit, sering dalam bentuk atipikal (datar, tidak teratur) pada lesi tersebut, demikian pula terjadi kerusakan selaput lendir (mulut, mata, dan daerah kelamin). Syndrome ini bisa berakhir dengan kematian yang menggenaskan. (Gambar 3: Penderita Stevens Johnson Syndrome akibat keracunan Obat).

Tips Mencegah Keracunan Obat

  1. Konsumsi obat sesuai anjuran dokter Jika menggunakan obat, perhatikan secara teliti etiket obat (aturan pakai, dosis, indikasi dan kontra indikasinya, usia penggunaan, masa berlaku dan kedaluwarsa-nya). Hindari mengkonsumsi obat yang bisa menyebabkan ketergantungan, misalnya obat-obat narkotik, dan psikotropik lainnya.
  2. Jika ada keluarga atau orang disekitar yang menderita tanda keracunan obat. Misalnya gejala berupa urtikaria (gatal-gatal), sesak napas, muntah-muntah, pusing, atau kesadaran menurun (Pingsan), setelah mengkonsumsi suatu obat. Lakukan tindakan berikut:
  • Kurangi efek obat dengan meminum air putih
  • Hentikan mengkonsumsi obat tersebut
  • Minum antihistamin atau anti alergi yang dosisnya disesuaikan dengan usia penderita.
  • Berikan bantuan pernapasan, jika terjadi sesak napas.
  • Kalau penderita mengalami muntah dan diare, berikan larutan oralit (garam ¼ sendok the ditambah 1 sendok gula manis yang dilarutkan dalam 1 gelas air putih).
  • Segera minta pertolongan dokter/paramedis terdekat.

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?34879

Untuk melihat artikel Kesehatan lainnya, Klik disini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

____________________________________________________

Supported by :

 

 

 

 

Kabaristore150x100-1