Jakarta, KabariNews.Com– Debat pertama calon presiden yang
dilangsungkan pada Kamis (19/06) malam tadi, dinilai banyak kalangan lebih
mengarah kepada session tanya jawab
dan ajang tebar janji para capres.  Para kandidat hampir sepakat dan sepaham pada semua
solusi yang ditawarkan oleh salah satu kandidat.

Debat yang dimoderatori  Prof. Anies Baswedan, rektor Universitas Paramadina
itu berlangsung dalam empat sesi. Sesi pertama penyampaian visi-misi capres, sesi
kedua pendalaman program, kemudian tanggapan, dan penutup.  

Pada sesi pertama masing-masing
capres memaparkan visi dan misi sesuai dengan tema debat yakni “Mewujudkan Tata
Kelola Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih Serta Menegakkan Supremasi Hukum Dan
Hak Asasi Manusia”. Baik Megawati, SBY maupun JK sama-sama menekankan
pentingnya membangun pemerintahan yang bersih untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik.

Dalam pendalaman, Megawati
mengatakan perlunya pembangunan mental bangsa sebagaimana pesan pendiri bangsa.
Sementara SBY menekankan reformasi birokrasi, meningkatkan pengawasan, serta
meningkatkan kemampuan birokrat. JK menambahkan tujuan tata kelola pemerintah
yang baik dan bersih untuk mewujudkan bangsa adil dan makmur sesuai amanat konstitusi.

Namun pada sesi tanggapan saat para
kandidat diberi kesempatan menanggapi pendapat kandidat lain, mereka terkesan ‘hati-hati’
untuk mendebat atau ‘menyerang’. Padahal dalam layaknya acara debat, hal itu
sah-sah saja.

Ketika moderator menyampaikan
persoalan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri, Megawati
mengatakan bahwa persoalan tersebut berakar dari dalam negeri, jadi harus
dibenahi dalam, SBY menanggapinya dengan mengatakan “Saya setuju 200 persen”. Sementara
JK mengatakan hal tersebut telah dia lakukan ketika menjabat Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada masa Pemerintahan Megawati.

Ketika Megawati diminta tanggapan
balik, Megawati hanya berkata singkat, “Semua ngikut saya.”

Kemudian soal Hak Asasi Manusia (HAM),
ketika moderator menanyakan langkah strategis yang akan dilakukan capres mengenai
penegakan HAM, ketiganya juga menjawab secara normatif dan cenderung sama
dengan jawaban  SBY yang diberi kesempatan
menjawab pertama kali. Intinya SBY mengatakan dalam penuntasan kasus HAM perlu
memandang ke depan, jangan hanya melihat ke belakang. Megawati mengatakan hal
yang hampir sama, meski dia sempat mengungkapkan dirinya juga pernah jadi
korban pelanggaran HAM (kasus Juli 1996-red).

Agak berbeda dengan jawab JK, JK
meminjam kalimat pemimpin kharismatik Afrika Selatan, Nelson Mandela, yakni “Forgive Not Forget”. Menurut JK
pelanggaran HAM masa lalu memang bisa dimaafkan tapi jangan dilupakan,
tujuannya menjadi cermin agar kita tidak mengulanginya lagi. JK juga menambahkan
dirinya mendukung upaya penyelesaian hukum jika memang ada bukti-bukti yang
kuat.

Namun secara keseluruhan debat
capres yang mendapat perhatian dari hampir seluruh pemirsa televisi Indonesia tersebut
berjalan datar dan kurang greget.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33246

Untuk melihat Berita Indonesia / Utama lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket