Rumah bercat krem gelap di Perum AURI, Sidoarjo, Senin (9/5) pagi dipenuhi puluhan pelayat. Mereka menghantarkan jenazah Indriana Puspa Wardhani, 22, ke peristirahatan terakhir. Indriana adalah pramugari pesawat Merpati yang mengalami kecelakaan pesawat di Kaimana, Papua Barat.

Jenazah Indriana tiba di rumah duka, Minggu (8/5) malam sekitar pukul 22.30 WIB,disambut tangis ibunya, Ekowati Hardiyani. Perempuan itu tidak kuasa melihat anak bungsunya terbujur kaku di dalam peti jenazah.

Sejak mendengar kabar bahwa putrinya menjadi salah satu korban pesawat nahas tersebut, Yani (begitu ibunda Indriana disapa) terus menangis. Demikian pula ketika peti jenazah anaknya disemayamkan di ruang tamu, wanita berkerudung tersebut tak henti-hentinya meneteskan air mata. Tapi dia masih sempat menyalami pelayat meski terus menangis.

Bahkan, ketika jenazah Indriana dishalati dan dibawa ke ambulans untuk dimakamkan di Pemakaman Umum Wates, Mojokerto, Yani terus menangis. Sesekali dari bibirnya terucap, “Adik.. adik.. jangan pergi.”

Meski terlihat shock, Yani dan suaminya, Djoko Hadi Utomo tetap mengiringi jenazah anaknya yang dibawa dengan mobil ambulans RS Gatoel Mojokerto.

Djoko yang bekerja sebagai administrator di PG (Pabrik Gula) Bone, Sulawesi Selatan, lebih terlihat tegar menghadapi cobaan itu. Dengan memakai kopiah hitam, Djoko menyambut pelayat yang datang ke rumah duka, baik dari warga setempat, rekan di PG maupun teman-teman anaknya.

Djoko mengaku, awalnya dia sudah waswas ketika mendengar bahwa pesawat Merpati jatuh di Kaimana, Papua Barat. Dia semula berharap anaknya selamat dalam kecelakaan itu. Namun baru yakin ketika melihat nama anaknya di daftar nama korban di televisi.

Djoko bercerita bulan Februari lalu, anaknya membeli mobil berwarna merah dan nyaris tidak pernah dipakai akhir-akhir ini. Ketika ditanya, Indriana selalu tidak menjawab. Namun, empat hari sebelum musibah kecelakaan itu, Indriana mengaku mobil itu untuk orang tuanya. “Mobil itu untuk Bapak, kalau libur bisa dibuat jalan-jalan ke Surabaya,” ujar Djoko menirukan ucapan anaknya. Selain itu, akhir-akhir ini Indriana juga selalu memakai kerudung berwarna kuning.

Gadis yang masih melajang itu bergabung dengan Merpati sejak 2007. Adik kandung Dini Sartika tersebut sejak awal mengaku nyaman bekerja sebagai pramugari. Selama hampir lima tahun bekerja, Indriani mempunyai prestasi yang cukup baik di dalam perusahaan. ”Indri mempunyai dedikasi yang tinggi ke perusahaan,” kata teman korban.

Indriani memang bercita-cita menjadi pramugari sejak kecil. Setelah lulus dari SMA, dia melanjutkan sekolah pramugari di Yogyakarta. Keinginannya menjadi pramugari karena mengikuti jejak pamannya yang menjadi pramugara di Garuda. Mobil bernomor L 1255 I warna merah hasil jerih payah Indriani kini hanya diparkir di garasi rumahnya. Mobil tersebut merupakan kenangan Indri.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?36731

Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :