Setiap menjelang 17 Agustus, ada sesuatu yang sangat khas di
Jakarta.
Yakni  bermunculannya pedagang bendera
musiman. Ada
menjual bendera dengan berkeliling menggunakan gerobak, ada yang mangkal
dipinggir jalan bahkan hingga dijual seperti model asongan di perempatan lampu
merah.

Para penjual bendera ini umumnya berasal dari daerah,
seperti Cirebon
dan Garut. Mereka berbondong-bondong datang ke Jakarta membawa berkarung-karung bendera yang
siap dijual. Biasanya, rombongan pedagang bendera berasal dari satu kampung
dan  mengambil bendera dari  pengusaha konveksi yang sama.

Seperti dituturkan, Adhi, pedagang bendera musiman yang
mangkal di jalan Latuharhary, Jakarta Pusat. 
Adhi mengaku datang ke Jakarta
bersama 15 orang dari  kampung. Mereka
kemudian menyewa tiga rumah petak yang dibayar patungan sebagai tempat tinggal
selama mereka berjualan.

Agustusan kali ini adalah yang ke tiga kalinya Adhi
berjualan bendera di Jakarta.
Tahun ini dia membawa 70 kodi bendera (1 kodi 20 buah bendera) berbagi jenis.
Bendera-bendera tersebut dibawa Adhi dengan sistem konsinyasi, artinya setalah
bendera-bendera itu laku,  Adhi baru membayar
kepada konveksi yang tak lain adalah tetangganya di kampung. Sementara bendera
yang tak laku dikembalikan.

Untuk satu bendera kecil ukuran 8 X 10 Cm yang dijual Rp
2.000, Adhi mengambil untung lima
ratus rupiah. Sementara umbul-umbul yang harganya Rp 20.000 perbuah, Adhi
mengambil untung sekitar Rp 2.500 hingga Rp 5.000. Kemudian untuk bendera berukuran
konvensional (100 X 50 Cm) Adhi mengaku mengambil untung sekitar tiga ribu
rupiah saja.

“Saya enggak mau ngambil untung banyak-banyak Mas, bendera
besar dan umbul-umbul kadang saya untung seribu perak saja, yang penting laku.”
ujar Adhi sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.

Adhi mengaku seharian ini belum satupun benderanya laku. “Ada sih yang datang, tapi
Cuma nanya-nanya doang, mungkin emang belum musim puncaknya sih Mas.” Kata Adhi
lagi. Penjualan bendera memang biasanya baru ramai seminggu sebelum tanggal 17
Agustus.

“Tahun kemarin saya bisa untung sampai satu juta rupiah, itu
sekitar tiga minggu dagang di sini.” ujar Adhi mantap. Bagimana dengan tahun
ini? Pria yang sudah beristri dan punya dua anak ini mengaku pesimis. “Wah
tahun ini barangkali belum tentu dapat segitu, abis apa-apa sudah mahal.”
katanya.

Adhi mengatakan sejak akhir Juli kemarin ia baru berhasil
menjual kurang lebih 20 bendera saja. “Berarti paling sehari laku dua biji, lha
kalau untungnya cuma lima
ribu perak, berarti saya cuma sepuluh ribu, buat makan saja tak cukup Mas.”
katanya lagi.

Adhi biasanya pulang ke Garut sehari sebelum tanggal 17
Agustus. Sehari-hari di Garut,
ia berprofesi sebagai tukang
ojek.

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?31765

Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

Photobucket