Yuliana

Suratan nasib memisahkan perempuan kelahiran Ujungpandang, 17 Juli 1969 ini dari ibu yang melahirkannya. Lebih dari 35 tahun, ia mencari sang ibu ke mana saja. Tapi hasilnya nihil, hingga suatu hari Tuhan mengizinkan mereka bertemu. Kerinduan mereka terbayarkan sudah.

Liku-liku hidup anak manusia penuh rahasia. Tak ada yang tahu di balik itu, termasuk juga Yuliana. Ia sama sekali tak tahu jika setelah lahir dan menjadi kecintaan orang tuanya, namun itu hanya berjalan sekejap, lalu perjalanan hidupnya berubah 180°!

Ayahnya bernama Yohanes Tampang, bekerja di kapal laut dan membuatnya lebih sering bolak-balik NTT-Kendari. Mungkin terkena angin laut yang ganas, maka ia sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Yuliana sendiri baru berusia 5 tahun kala itu. Ia pun dibawa sang Mama, Martha Barung Bin Doni, ke rumah ibunya di Tanah Toraja.

Tak banyak rekaman memori yang diingat Yuliana. Alih-alih akan mengurus ibu dan anaknya, Martha malah pergi menjadi tenaga kerja di Malaysia. Entah mengapa ia menghilang begitu saja. Tak meninggalkan pesan atau selembar foto diri sehingga bisa digunakan Yuliana sebagai pengobat rindu.

Waktu berjalan, Nenek semakin renta. Ia tak kuasa menanggung biaya hidup mereka lagi. Untuk menyelamatkan pendidikan Yuliana, perempuan renta itu menitipkannya kepada keluarga Matheus Kondoruru, adik ipar ibunya di Bone, Sulawesi Selatan. Di situlah Yuliana membangun kepribadiannya, disekolahkan hingga lulus sekolah menengah atas (SMA). Pendidikan, kata sang Paman, harus dikejar, karena dapat dijadikan modal untuk bekerja di masa depan.

Teringat Ibu

Yuliana Bersama KeluargaOrang bilang, hubungan ibu dan anak akan tetap kuat, meski terpisah sekalipun. Yuliana masih sangat kecil ketika ditinggal ibunya pergi, tapi ia masih ingat situasi keluarganya. Ia memang dirawat baik-baik oleh adik ibunya. Suaminya juga begitu peduli dan menyayanginya seperti kepada anak sendiri. Namun, Yuliana tahu kalau ia punya ibu kandung. Bayang-bayangnya menari-nari di sudut matanya. Tetapi karena telah berpuluh tahun tak lihat dan juga tiada selembar foto ibunya pun, maka ia tak punya gambaran wajah apa pun.

Kalau bayangan ibunya datang, Yuliana gelisah karena rindu. Ia ingin mencari dan menemukannya. Ada kabar, ibunya menikah di Malaysia dengan pria dari Timor. Selentingan lain, si Ibu menikah dengan pria asal Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT bernama Dominikus Doni alias Bin Doni. Rupanya saat bekerja di Malaysia pada 1979, Yuliana dikirimi selembar foto dan uang 200 Ringgit Malaysia. Tante membelanjakan uang itu untuk keperluan Yuliana seperti tas, sepatu dan anting.

Entah sejauh mana kebenarannya, dua kali Nenek menyuruh Martha pulang, tapi tak berhasil. Ia memaksa tinggal terus di sana. Tamat SMA di Bone pada 1989, Yuliana tak langsung bekerja. Ingin kuliah, belum ada uang. Timbul niatnya mencari ibunya lagi. Tekadnya satu: bertemu ibunya, dalam sehat atau sakit. Ia ingin mengajak ibunya tinggal bersama.

Selama itu belum ada tanda-tanda yang menggembirakan, hingga suatu hari ada info dari Toraja, kalau ibunya tidak di Malaysia lagi melainkan sudah di Timor. Segera Yuliana mengontak familinya di sana pada 1993. Masih juga tak berhasil. Sedihkah ia? Tentu saja, tapi Yuliana seorang yang kuat. Tak mudah putus asa, selalu berprasangka baik dan berharap pencarian ibu kandungnya membawa hasil.

Tatkala di Dili, Timor Timur terjadi kekisruhan pada 1999, Yuliana memilih mengungsi ke Timor Barat atau Atambua . Ia didukung penuh oleh sang kekasih, Marsianus Loe Mau asal Belu yang kini menjadi ayah dari tiga anaknya—Alfonsius Andreas Wira Bere Talo, Alexioni Kristorain Bayu Bere Loe dan Anggelina Raden Yogi Luan. Doa tak putus dipanjatkannya.

Tuhan Pertemukan Ibu-Anak

Yuliana Bersama Keluarga-1Tuhan tidak pernah tidur, dan selalu menjawab setiap doa umat-Nya. Sementara itu kehidupan pribadi Yuliana berjalan menggembirakan. Ia dipersunting oleh Marsianus yang secara bertahap menanjak terus kariernya di pemerintahan daerah.

Marsianus terpilih menjadi Camat Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Sebagai pendamping, Yuliana aktif mendukung dalam kegiatan kemasyarakatan. Ia juga memanfaatkan acara sosial untuk mencari tahu ibu kandungnya. Ternyata ada warga Weluli dari Adonara, Flores Timur yang mengenal orang tuanya. Dia seorang guru bernama Mikael Kopong. Kebetulan pada Oktober 2008, ia akan mudik ke Adonara bersama keluarganya setelah 8 tahun merantau. Ia mencarikan alamat orang tuanya di Desa Lambolan, Kecamatan Adonara Timur. Ketika itu yang ada di pikiran Yuliana, siapa tahu ibunya akan kembali ke kampung halamannya.

Doa Yuliana dan keluarga terjawab! Pak Guru Mikael mengabarkan bahwa ada ibu kandung Yuliana di desa itu. Tapi kehidupannya susah sekali. Tinggal di gubuk kayu, serba kekurangan, sementara para tetangga hidupnya tinggal di rumah bagus. Mendapat kabar suka cita itu, Yuliana bergegas menyusul, diantar sang suami dipandu Guru Mikael dan kerabatnya yang tinggal di Waiwerang, ibu kota Kecamatan Adonara Timur.

Ingatan Ibundanya Terganggu

Sampai di rumah ibunya, Yuliana melihat seorang perempuan tua dengan wajah muram. Ia yakin perempuan renta itu adalah ibunya, karena wajahnya sangat mirip dengan mendiang neneknya di Toraja.

Martha tampak duduk termenung. Air mukanya sedih. Begitu melihat ibunya, Yuliana langsung berteriak seperti anak kecil, memanggilnya. Tak peduli pada sekelilingnya lagi. Ia menangis, menghambur ke pangkuan ibunda yang tak banyak bicara. Matanya juga tampak berkaca-kaca. Perlahan ia bereaksi, mengusap kepala Yuliana.

Malam itu Yuliana bermalam di sana, tidur berdua ibunya di atas bale-bale bambu. Dengan cepat Yuliana langsung tahu ada yang tak beres pada ibunya dalam kesehatan jiwanya. Ia seperti kehilangan ingatan. Anehnya, setiap pertanyaan selalu dijawab “Ya”, tapi kalau ditanya tentang keluarga, ia mampu menjawabnya dengan detail.

Kata tetangga sebelah, sejak pulang dari Malaysia, si ibu seperti itu. Entah apa sebabnya, yang pasti Yuliana ingin merawat ibunya. Tanpa menunggu lama, ia segera memboyong ibu kandung dan ayah tirinya ke rumah. Tiada kata yang bisa diucapkannya selain bersyukur Tuhan telah mempertemukannya dengan ibu kandung. Apa pun keadaannya. (1003).

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?59186

Untuk melihat artikel Kisah lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :