Menimpa Ilmu di Amerika Serikat terlebih lagi jika mendapatkan beasiswa merupakan prestasi tersendiri. Apalagi jika beasiswa yang didapatkannya merupakan program beasiswa yang presitius semisal Fulbright. Beasiswa Fulbright di Indonesia ini dapat dikatakan memiliki sejarah paling panjang dibandingkan program beasiswa dari negara lainnya.

Nah, salah satu orang Indonesia yang berhasil mendapatkan beasiswa ini adalah Sita Nurmasita. Wanita yang berasal dari Semarang ini mendapatkan beasiswa Fulbright dan mengajar bahasa Indonesia di Stanford University selama 10 bulan sampai 1 tahun. Sita mendapatkan beasiswa fulbright untuk program mengajar Indonesia yang bernama Fulbright Foreign Language Teaching Assistant Program.

Sita NurmasitahSebenarnya untuk Fulbright, kata Sita, terdapat beberapa program yang disediakan seperti Program Master berupa Fulbright Master’s Degree Program, Fulbright-Freeport Master’s Degree Program, dan Fulbright Master of Science & Technology Initiative Degree Program. Untuk Program Doktor berupa Fulbright Presidential Scholarship Program (Ph.D.). Namun dia lebih memilih program Foreign Language Teaching Assistant Program. “Untuk tahun 2014 ini ada sekitar 10 orang yang dikirim ke Amerika untuk mengajarkan bahasa Indonesia dan budaya Indonesia, mereka ditempatkan di negara bagian yang berbeda.” Tuturnya kepada Kabari.

Sita mengatakan tntuk proses applikasi beasiswa Fulbright terbilang lama yaitu selama satu tahun karena harus menempuh beberapa tahapan. Pertama, mengirimkan aplikasi seperti resume dan semua dalam bahasa Inggris. Setelah lolos proses administrasi kemudian wawancara. Wawancara dilakukan di Jakarta karena kantor fulbright itu pusatnya di Jakarta. Dan untuk universitasnya sendiri, fulbright mempunyai daftar beberapa universitas. Jadi, beberapa universitas menginginkan ada seseorang dari Indonesia yang dapat mengajarkan bahasa Indonesia di sana. Kemudian univeritas tersebut memilih sendiri orang tersebut. “Fulbright yang menjembatani antara saya dan Stanford university” tutur Sita

Walaupun baru sebentar di Stanford University, Sita terkesan dengan apa yang ditemuinya di universitas tersebut. “Manajemen pendidikan, sistem pembelajaran sangat bagus dan teknologi yang sudah sangat canggih. Teknologi di sini dibanding di universitas khususnya di kota-kota kecil pastinya berbeda. Misal dalam pemakaian LCD proyektor ketika di dalam kelas, kalau disini semuanya serba canggih, WIFI, proyektor dan lainnya semuanya sudah lengkap disini” kata Sita.

Sita pun memberikan saran untuk mereka yang ingin mendapatkan beasiswa Fulbright. Sita mengatakan pada saat mengirimkan aplikasi ke fulbright lebih baik menceritakan apa adanya tanpa perlu berlebihan. Kemudian nantinya harus punya tujuan atau setelah kembali ke Indonesia harus mau memajukan pendidikan dan kehidupan yang lebih baik di Indonesia.

Sebagai tambahan, program Fulbright didirikan di Amerika Serikat pada tahun 1946 dan bertujuan untuk memperkuat pemahaman dan komunikasi antara Amerika Serikat dan negara-negara lain dengan mendanai berbagai pertukaran pendidikan. Khusus di Indonesia, salah satu Fulbright Scholar pertamadalah Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja yang merupakan mantan Menlu dan Menteri Kehakiman RI serta pakar Hukum Internasional, Beasiswa Fulbright telah memberikan warna tersendiri pada kehidupan bangsa Indonesia. Beberapa alumnus Fulbright dari Indonesia berada pada posisi yang membanggakan, antara lainnya adalah mantan Ketua MPR RI Prof. Dr. Amien Rais. (1009)

Klik disini untuk melihat Majalah Digital Kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?71278

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini
______________________________________________________

Supported by :