4 tahun berkarya di dunia mode tanah air, Poppy Dharsono menunjukkan kecintaannya terhadap keindahan Nusantara pada setiap rancangannya.

Bertajuk Syahda Pusaka, Poppy mengangkat kecantikan klasik yang mulia, warisan leluhur nenek moyang Bangsa Indonesia yang sakti dan tak lekang oleh waktu yang ditampilkan pada puncak acara Indonesia Fashion Week (IFW) 2018.

“Syahda Pusaka itu sesuatu yang tinggi, sesuatu yang agung, sesuatu yang indah yang selalu saya pakai dari mulai saya berkarir,” ungkap Poppy dalam sambutannya.

Merupakan tanggung jawabnya sebagai perancang busana modern untuk mengabadikan budaya yang telah diwariskan melalui karyanya, mengerti kebutuhan pasar dan memiliki ciri khas yang tidak akan hilang dan akan terus dikenang. Poppy Dharsono meyakini bahwa mode adalah tentang seni dan jati diri.

99 rancangan dipersembahkan dengan elok dalam perayaan wujud syukur 40 tahun berkarya di atas panggung dengan menampilkan hidangan utama koleksinya yaitu Batik, Lurik dan Tenun.

Koleksi tersebut sudah dimulai sejak dirinya fashion show di Jerman, “Pertama Saya Show di Jerman saya sudah memakai batik dan lurik, saya belajar melihat budaya Indonesia dari kacamatanya orang barat, saya melihat bagaimana orang Belanda, Perancis dan Italy melihat budaya kita, saya merasa penting sekali mempertahankan budaya kita, mempertahankan akar kita, jadi kita harus selalu mengakar di bumi kita sendiri,” kata Poppy yang pernah sekolah mode di Perancis ini.

Poppy Dharsono termasuk desainer pertama tanah air yang mengembangkan busana siap pakai ready to wear serta wujud kebanggaannya terhadap Indonesia adalah melalui dedikasi total, bekerja dengan hati dan ketekunan yang sungguh-sungguh mengolah materi orisinal Nusantara menjadi satu karya yang dapat digunakan oleh kebanyakan orang modern di seluruh dunia karena kepraktisannya dengan tidak memisahkan kain batik dari akarnya. Keindahan selembar kain batik tidak dapat dirusak karena alasan pemotongan, sehingga meskipun rumit harus tetap terjaga keutuhan motifnya.

Kesederhanaan lurik yang sarat filosofis dalam perjalanan panjang kebajikan melalui proses panjang yang harus ditempuh sampai melahirkan satu kain indah, mulai dari pewarnaan, pemintalan, penyekiran, penyucutaan sampai pembuatan motif dilalui dengan ketelatenan.

Tenun, sehelai kain yang penuh motif dekoratif indah, komposisi harmonis dan bentuk-bentuk ragam hiasnya sarat akan makna, menjadikan tenun menarik dengan karakteristik masing-masing yang membawa ciri khas dari masing-masing daerah. Berwarna gemerlap, semarak ataupun warna gelap untuk menjadi pengingat akan identitas kultural bangsa Indonesia.

Dengan demikian, ia bersama teman-temannya yang tergabung dalam Assosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI) terus menekuni kearifan lokal di daerah masing-masing.

Poppy mengatakan, Indonesia memang sulit bersaing dalam hal fashion dengan merek seperti Gucci dan Chanel karena label high end tersebut memang sudah matang usianya.
Menurut Poppy, yang bisa membuat Indonesia unik dan berbeda adalah dengan menampilkan kekayaan budaya kain nusantara yang dimiliki bangsa ini.

“Jika kita tampilkan budaya yang begitu kaya maka kita akan dilihat, tak dipandang sebelah mata. Semua orang Barat dan siapapun kagum melihat budaya kita. Maka jelas bagaimana kita bisa meletakkan positioning kita sendiri di dunia fashion,” pungkas Poppy. (Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari)