KabariNews – Keluarga merupakan faktor penting dalam membangun karakter anak-anak kita. Bagaimana mereka berperilaku adalah cerminan pendidikan dasar dari orang tua. Karena itulah orang tua mesti berhati-hati saat menyuruh atau meminta anak melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Apa yang dikatakan orang tua akan melekat pada ingatan anak sampai dirinya dewasa.

kids-study“Makanya belajar dan berlatih yang rajin.”

Tidaklah salah mengatakan pada anak seperti itu. Tapi bisa menjadi satu tekanan seandainya sang anak sudah belajar dan berlatih keras tapi hasilnya bukan nomor satu. Anak merasa kecewa dengan dirinya dan bersalah tidak membanggakan orang tuanya. Lebih buruk lagi seandainya merasa dirinya bodoh. Hal ini yang harus dihindari. Biarkan anak menyadari hasilnya tanpa harus merasa harus dipaksa. Berikanlah contoh perbuatan seandainya tidak berlatih melakukan sesuatu maka hasilnya tidak sebaik seperti mereka yang berlatih. Jika anak tidak belajar dan mendapat nilai jelek, tanyakanlah apa yang harus diperbuat agar selanjutnya mendapat nilai yang bagus. Dengan ini anak akan menyadari risiko perbuatannya sendiri dan belajar memahaminya.

“Nggak apa-apa kok.”

Ketika anak jatuh dan menangis, biasanya kita akan menyuruh jangan menangis dan mengatakan baik-baik saja. Padahal tentu saja anak menangis karena kaget atau sakit. Lebih baik jika kita tanya, ‘kamu baik-baik saja?’ bukan menegaskan ‘kamu baik-baik saja’. Itu lebih membantu anak menangani emosinya. Anak akan mengerti bahwa jatuh itu sakit dan membuat luka sehingga dia akan lebih berhati-hati. Sebaiknya tidak menenangkan anak tetapi bertanya dan memahami perasaannya. Ketika dia mengatakan sakit, berilah keyakinan bahwa kita percaya apa yang dikatakannya kemudian peluklah dia serta ajaklah mengobati lukanya.

“Jangan ngobrol atau menjawab kalau diajak bicara orang nggak dikenal.”

Tidak mudah memang untuk tidak menganjurkan hal ini. Karena pastilah semua orang tua akan cemas jika anak mudah diajak ngobrol dengan siapa saja terutama saat tidak dalam pengawasan mereka. Berilah contoh orang-orang perlu dicurigai dan yang tak perlu dicurigai atau ditakuti seperti petugas keamanan, polisi, pemadam kebakaran, serta orang-orang sekitar tempat tinggal atau sekitar sekolahan yang kita kenal dan tahu perilaku mereka.

“Ayo habiskan makanannya dulu, baru boleh makan jajanan.”

Orang tua merasa anak akan menurut kalau dibilang seperti ini. Trik yang cukup berhasil. Tapi tahukah bahwa dari anak, hal ini akan mengurangi kenikmatan makanannya, mereka hanya menghabiskan makanan karena terpaksa demi bisa makan cemilan atau jajanan selanjutnya. Makan dengan terburu-buru, terpaksa atau dengan perasaan sebel tentunya tidak membuat anak-anak bahagia. Bukankah lebih baik kalau kita mengatakan dengan manis, “Mari kita makan makanan ini dulu setelah itu kita makan jajanannya.” Nada tidak melarang atau menyuruh akan berdampak positif pada anak karena anak akan merasa tidak dipaksa dan lebih santai menghabiskan makanan utamanya.

“Kalau kamu tidak tidur siang, tidak akan dapat kue.”

Jangan memancing anak agar melakukan sesuatu dengan satu imbalan. Memang sering berhasil tapi kebiasaan ini dapat melekat dalam pikirannya dan dapat direfleksikan dalam segala hal. Anak akan tergantung melakukan sesuatu agar mendapat imbalan atau bahkan meminta imbalan sebelum melakukannya. Dampaknya bisa terbawa saat dewasa akan bekerja jika mendapat bayaran yang memadai. Enggan untuk melakukannya secara sukarela. Sarankan pada anak untuk tidur siang dan berikan penjelasan apa akibatnya seandainya tidak mau tidur siang. Anak akan belajar tentang risiko dan tanggung jawab atas perbuatannya. (1004)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/74097

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Asuransi Rumah

 

 

 

 

Kabaristore150x100-2