Tukang Ojek

Seperti biasa setiap paginya, lelaki paruh baya itu sudah melaju di atas motor kesayangannya. Ia menuju pangkalan ojek tempat ia biasa mangkal setiap harinya di bilangan timur Bekasi. Pangkalan yang dimaksud bukan berupa pangkalan ojek resmi. Tempat itu hanyalah pintu keluar tol yang ramai dengan pengojek yang siap mengantarkan penumpang yang baru turun dari bis luar kota.

Sebuah bis dari Jakarta meluncur keluar dari pintu tol. Penumpang berhamburan dari pintu bis yang terbuka. Sontak saja, para pengojek yang berkerumun di pinggir tol mendekat dan mengerumuni pintu bis. Mereka menawarkan jasa ojek kepada para penumpang yang baru turun dengan segera. Beberapa penumpang tampak kesulitan menembus kerumunan ojek yang rapat. Tampak sedikit rasa kesal di raut wajah mereka. Betapa tidak, setelah berdesak-desakan dan berdiri dalam bis sepanjang perjalanan dari Jakarta yang macet, turun dari bis pun mereka sudah harus ‘berjuang’ menembus kerumunan ojek yang nekad. Para pengojek tersebut memang terlihat sangat berani dan terkadang menghadang bis yang keluar dari pintu tol agar berhenti di dekat mereka.

Ojek

Pak Mantap, begitu biasanya lelaki paruh baya itu dipanggil pun tampak diantara para pengojek. Ia dengan sabar menanti penumpang yang bisa memakai jasa ojeknya. Pak Mantap dan juga para pengojek lainnya datang dari daerah yang agak jauh dari pintu tol tersebut, sekitar 10 km jaraknya. Ia mengaku tidak keberatan menempuh tempat yang jauh, karena menjadi pengojek di pintu tol lebih menguntungkan. Banyak penumpang yang memerlukan jasanya. Lagi pula, penumpang yang kebanyakan para pekerja dari Jakarta tersebut, biasanya diantar ke tempat yang agak jauh sekitar Rp. 20,000 – Rp. 30,000 setiap kali mengantarkan penumpang. Dengan kata lain, ia bisa mengantongi rupiah yang agak besar.

Kendati di tempat itu terkesan para ojeknya semrawut dan tidak teratur, mereka tidak saling berebut dan relatif bebas dari preman. Namun, setiap harinya ia harus menyetorkan sejumlah uang sebesar beberapa ribu rupiah untuk keamanan.

Selain menjadi tukang ojek, Pak Mantap juga biasa menjadi kurir yang memerlukan, seperti misalnya sebuah perusahaan kancing. Secara rutin, ia mengantarkan kancing ke Cimahi Bandung. Jarak dari Bekasi ke Cimahi yang berkisar 100 km ditempuhnya dalam waktu 3 jam menggunakan motor. Ia mendapatkan upah sebesar Rp. 250,000 setiap kali jalan. Pak Mantap juga dipercaya untuk mengantarkan barang-barang lainnya ke tempat lain. Dengan menjadi seorang pengojek, Pak Mantap mampu menghidupi istri dan anak-anaknya dan tinggal di sebuah pemukiman perumahan skala menengah yang sarat fasilitas.

Memanfaatkan Teknologi dan Dikelola Profesional

Go Jek

Lain halnya dengan kondisi ojek di Jakarta. Sejak tahun 2012 berdiri sebuah perusahaan yang mengelola ojek dengan profesional. Berangkat dari keprihatinan akan kemacetan dan kebutuhan akan ojek, Nadiem Makarim berinisiatif untuk mengelola ojek dengan profesional dengan tertata rapi. Hebatnya lagi, ia memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk menawarkan jasanya tersebut secara online. Ia menggunakan perangkat telepon call centre dan memaksimalkan fitur teknologi lainnya seperti twitter, sms dan juga BBM.

Dengan menata manajemen ojek yang diberi bendera nama Go-Jek itu, ia menawarkan jasa ojek seperti halnya taksi. Hebatnya lagi, konsumen bisa mendapatkan informasi lengkap di laman situs yang disediakannya. Di laman tersebut tertera call centre yang bisa dihubungi dan titik-titik yang bisa diantar oleh ojek. Konsumen pun tidak perlu khawatir dengan tarif yang kemahalan, karena tarif diberitahukan terlebih dahulu dan tidak perlu ada tawar menawar.

Selain untuk mengantarkan penumpang ke tempat tujuan, Go-jek juga memberikan fasilitas lainnya seperti mengantarkan barang sebagai kurir hingga mengantre tiket. Tak perlu khawatir ojek yang dipesan akan tertukar dengan ojek palsu. Go-jek sudah menggunakan tanda pengenal yang jelas. Semua armada ojek yang ada menggunakan jaket, helm dan logo Go-jek. Dengan para pengendara yang sudah terlatih, pengalaman dan bisa dipercaya, layanan online dengan cepat mendapatkan tempat di masyakarat pengguna ojek di Jakarta.

Ide ojek online ini menarik perhatian banyak pihak terutama pengguna ojek di Jakarta. Mereka merasa memperoleh kemudahan dan kenyamanan dengan adanya ojek yang dikelola profesional seperti ini. Kebutuhan akan sarana transportasi yang cepat untuk menembus kemacetan kota sangat mutlak diperlukan. Apalagi ditambah dengan keamanan dan pelayanan yang cepat, pasti akan menguntungkan pengguna ojek. Berkaca dari pengalaman ojek online Jakarta, kini di berbagai kota besar di Indonesia bermunculan pelayanan serupa. (1008)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?60535

Untuk melihat artikel Sana-Sini lainnya, Klik disini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini
____________________________________________

Supported by :

Asuransi Mobil